Masakan perdana Raisya

Dingin membuncah pada pagi yang resah, hujan masih merintih deras diluar sana, bahkan tabuhannya pada genteng terdengar sangat jelas dari dalam kamarku yang mungil.

Aku kembali menarik selimut kian merapat, dan kubiarkan tubuhku tetap terpasung pada selimut dan pelukan guling meski jam sudah menunjukan pukul sembilan pagi lewat dua puluh menit. Untungnya hari libur jadi aku bisa memuaskan rasa ngantuk ku setelah beberapa hari ini bergulat dengan banyak report.

Tok Tok Tok

Samarku dengar ada ketukan di pintu rumahku yang membuatku terpaksa memicingkan mataku dan mengkonsentrasikan pendengaranku supaya bisa memastikan bunyi ketukan di pintu itu benar atau hanya pendengaranku yang salah. Kubiarkan hening mentas sesaat, namun hanya gemuruh gantur yang terdengar jelas.

Tok Tok Tok


Kembali pintu dibrondong ketukan dan ucapan salam yang terdengar jelas, dan itu membuatku terpaksa menyingkap selimut dan turun dari tempat tidur dan melangkah gontai menuju pintu.

“Rando, ada apa dek? Ayo Masuk” ajak ku pada Rando berdiri kaku dan masih mengenakan jas hujan lengkap didepanku.

“Tidak usah Aa, saya mau antar titipan buat Aa dari Teh Raisya, ini dibuat sendiri oleh Teteh loh Aa” ucapnya dengan logat sundanya yang kental sambil tersenyum bangga.

“Oh ya?” tanyaku ragu sambil tersenyum.

“Benar Aa, dari pagi-pagi bangat Teteh sudah sibuk ke pasar dan masak ini buat Aa, Rando nggak boong, Suueeer” Rando meyakinkanku dengan mengangkat kedua jarinya sebagai tanda sumpahnya.

“Iya Aa percaya, Terima Kasih De” ucapku tulus.

Dan aku masih mematung di depan pintu sembari menghantarkan Rando yang terburu-buru bergegas pergi dengan motornya ditengah gempuran hujan yang masih menderas.

Tak kuat dengan dingin yang masih kental membuatku kembali menutup pintu rapat-rapat, aku lantas bergegas ke meja makan lantaran dipalu penasaran oleh bungkusan berbalut kain batik yang baru saja kuterima, dan tampak sebuah rantang makan yang tersusun rapi setelah ku lepas ikatan kain batik yang membelitnya.

Namun mataku tersita oleh sebuah surat yang terselip dirantang tersebut, ada goresan tangan Raisya yang membuatku tersenyum-senyum sendiri, selalu ada saja caranya memberiku kejutan, itulah yang membuatku makin sayang dan makin cinta pada Raisya.



Hmmm, aku jadi penasaran dengan apa yang Raisya masak untuk ku, apalagi ini adalah kali pertama Raisya memasak untuk ku. Iya sudah seminggu ini Raisya sedang ikut kursus memasak karena katanya dia ingin menjadi wanita yang komplit, bukan hanya pintar dikantor tapi juga cerdas didapur dan ditengah keluarga.

“Benar-benar calon istri yang sempurna, cantik, pintar dan perhatian” Gumamku bangga setengah berbisik.

Kubuka perlahan rantang makan tiga susun tersebut, tampak disusunan pertama, ada tahu dan tempe yang digoreng dengan potongan dadu beserta ada empat buah perkedel jagung, ada telur dadar gulung dua roll, ada seikat cumi goreng tepung yang terbungkus plastik bening. Lalu disusunan kedua tampak sayuran berkuah, dan disusunan ketiga ada nasi putih yang menyebarkan aroma wangi.

Tiba-tiba telephoneku berbunyi, dan dilayar tampak foto wajah cantik Raisya yang tersenyum manis disana.

“Hallo Aa, sudah terima kirimanku kan? sudah dicoba belum? Gimana rasanya, enak nggak?” Raisya membrondongku dengan pertanyaan beruntun yang ku sambut hanya dengan tawa yang renyah.

“Sudah De, tapi kok ada sayurnya, Aa kan tidak suka sayur” Protesku gusar.

“Aduuuh Aa, itu capcay namanya, itu Ade buat dari sayur-sayuran segar, banyak vitaminnya sehingga sangat bagus buat tubuh Aa”

“Itukan ada wortel yang banyak mengandung vitamin A yang bagus buat mata, ada kembang kol yang mengandung antioksidan yang juga bagus buat tubuh, ada brokoli yang mengandung glucoraphanin sebagai pencegah kangker, dan ada juga sawi hijau yang kaya akan serat sehingga bagus buat pencernaan dan juga bisa menurunkan kolesterol dan gula darah. Jadi Aa harus makan Capcay ini” penjelasan Raisya panjang lebar dengan sangat bersemangat.

“Iya Tuan Putriku yang cantik, akan Hamba habiskan semuanya” Godaku dengan canda yang disambut dengan tawa renyah khasnya Raisya.

“Awas ya Aa kalo tidak dimakan, Ade tuh sudah masak special buat Aa” ancam Raisya sambil merajuk manja diujung telephone.

“Iya tenang saja, apasih yang tidak buat Adek?” Balasku dengan canda yang bernada menggoda.

“Aa mah bisa saja deh gombalnya, dimakan sekarang ya, mumpung masih hangat ya sayang” Ucap Raisya mengakhirnya pembicaraannya disertai salam.

Tak lama ku ulur-ulur waktu, segeraku mencoba mencicipi capcay kuah itu, meski sejujurnya aku tidak terlalu suka dengan sayur, bagiku sayur itu rasanya aneh dan agak pahit, makanya aku sedari kecil lebih memilih minum jus daripada disuruh makan sayur.

Satu seruput suapan pertama kuah capcay ini rasanya lumayan nagih, kucoba suapan kedua dengan menambahkan seiris wortel, rasa wortelnya segar dan manis, akhirnya perlahan aku mulai menikmati semua hidangan yang dikirim Raisya dengan lahap.

Entahlah, pengaruh hawa dingin yang begitu menusuk dari luar sana atau memang rasa lapar yang menghardikku hingga tak berkutik ketika kusadari semua hidangan tandas tanpa sisa? Atau emang karena masakan Raisya yang memang lezat?

Hmmmm, tapi jika boleh jujur, masakan Raisya memang sangat enak, perpaduan tahu tempe yang dibumbui sedikit pedas itu yang membuatku makin bernafsu, perkedel jagung dan cumi yang digoreng sedikit crunchy itu yang membuatku makin lahap, telur dadar gulungnya juga terasa sangat lembut, dan rasa capcay kuah hangat ini sangat lezat, kaldunya yang hangat sangat cocok disaat udara dingin yeng menggigit seperti ini.

“Sungguh pintar sekali Raisya masak, seperti bukan pemula, beruntung sekali aku punya calon istri sepertinya” gumamku sekali lagi bangga.

Sebagai ucapan terima kasihku untuk Raisya, ku kirimkannya kata-kata pujian nan manis, bukan hanya untuk merayunya, tapi ini jujur ungkapan perasaanku yang tulus mencintanya.



Dan tak lama kemudian, sebuah BBM balasan mendarat masuk dari Raisya “Terima kasih sayang, I Love you too ({})”.


10 comments:

  1. Waawww kereenn Awaan. Raisya pinter masak yaa :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasiiih Mba Maya :)
      Iya Mba Raisya jago ternyata masaknya :)

      Delete
  2. Hohoho... kereen!
    Aku jadi pengen makan. Suka dengan perpaduan cerita dan puisinya. Mantap Awan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasiiih Mba Waya :)
      Semoga pagi ini sudah sarapan ya Mba... hehehhe

      Delete
  3. Jalan ceritanya oke, tapi namanya kita semua, kebanyakan, lagi belajar menulis, kan? Ya, jadi ada aja yang harus diperbaiki. Begitu juga Bunda masih harus banyak belajar. Tapi dari membaca cerpen Awan di atas banyak juga (setahu Bunda) yang harus Bunda komentarin...gakpapa, kan? Yang pasti Bunda tahu dari hasil belajar di Fun Blogging: menunjukan (harusnya menunjukkan), kemeja, dipintu, didepan harusnya ke meja, di pintu, di depan. Itu aja sih yang pasti Bunda tahu, selebihnya masih ada yang harus diperbaiki, coba deh di link ke Cikgu Haya Aliya Zaki. Fun Blogging bisa bikin kita pintar menulis. Trust me.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasiih Bunda Yati sudah mau memberikan koreksinya, sangat bermanfaat buat saya yang lagi sedang belajar menulis:)

      Siaap Bunda, nanti akan coba tanya Mba Haya sang pakarnya :)

      Sekali lagi Makasiih ya Bunda :)

      Delete
  4. Puisinya kereen, Raisya ini tokoh fiksi atau enelan nih? :D kayaknya puisi2nya sepenuh hati bangeeettt :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mba Helda, begitu kah?
      heheheh ini asli kisah dan tokohnya fiksi Mba :)

      Delete
  5. Aku ngebayangin Raisya nya itu Raisya yg penyanyi itu mas :D
    Udah cantik pinter masak..hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. heheheheh, iya Mba Melly, saya juga tulis ini bayangin si cantik Raisa penyanyi itu. heheheh

      Delete