Melihat Lebih Dekat Pesona CIANJUR yang Tersembunyi



Hallo teman-teman, kali ini saya ingin bercerita tentang pengalaman jalan-jalan lagi, iya jalan-jalan yang sangat seru dan begitu berkesan dalam beberapa hari yang lalu. Yups kemarin tanggal 29 dan 30 November 2017 saya bersama teman-teman blogger lain berkesempatan jalan-jalan ke daeah Cianjur -  Jawa Barat. 

Dalam perjalanan dua hari satu malam ini banyak kegiatan seru yang kami lakukan. Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga jam dari Jakarta menuju Cianjur, maka kami langsung mendatangi sebuah kampung yang bernama Kampung Tabrik yang berada di Desa Gekbrong, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur – Jawa Barat.

Kampung ini menjadi tujuan utama kami kunjungi karena ada yang istimewa dari kampung yang satu ini. Iya kampung ini bukan sembarang kampung, namun kampung ini begitu istimewa dengan segala pesona yang masih tersembunyi dan kami ingin menguaknya. Banyak sekali informasi dan pengalaman seru yang saya dapatkan saat saya mendatangi kampung ini.

Saat sampai di kampung ini saja, kami langsung disambut dengan sebuah pertunjukan seni beladiri pencak silat yang dipadukan dengan musik tradisonal Sunda yang sangat kental. Adik-adik yang masih duduk di bangku sekolah dasar ini begitu kompak saat menunjukan antraksinya kepada kami semua. Kalian keren!
Saya merasa tersanjung disambut dengan aktraksi pencak silat ini
Jujur saya sangat takjub dibuatnya, saya pribadi merasa sangat tersanjung disambut dengan persembahan atraksi sekeren ini, persembahan pemyambutan yang membuat saya merasa diterima begitu hangat di kampung Tabrik ini. Terima kasih adik-adikku, kalian keren! :)


Mengenal Program Ecofarming di Kampung Tabrik
 
Selain itu, yang membuat saya semakin terpukau dengan kampung Tabrik ini bukan karena keindahan alamnya saja, tapi saya juga semakin suka dengan kampung ini setelah mengetahui bahwa kampung Tabrik ini begitu peduli dengan lingkungan. Hal ini terlihat dari bagaimana para petani di sini bercocok tanam dengan menerapkan Program Ecofarming.

Program Ecofarming yang diterapkan di kampung ini merupakan bagian dari program corporate social responsibility (CSR) dari PT Tirta Investama (Danoe Aqua) Cianjur. Hal ini dilakukan oleh Danone AQUA sebagai wujud kepeduliannya kepada masyarakat dan lingkungan sekitar.

Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak Jarot Partoyo selaku Koordinator CSR Pabrik AQUA Cianjur. Beliau mengatakan bahwa konsep Ecoframing ini merupakan konsep pertanian yang ramah lingkungan atau pertanian organik yang artinya para petani dalam bercocok tanam tidak menggunakan pupuk maupun pestisida berbahan kimia sehingga hasilnya lebih sehat.
Bapak Jarot menjelaskan tentang CSR Ecofarming Paprika di Kampung Tabrik
Pemilihan kampung Tabrik sebagai salah satu kelompok masyarakat yang dibidik oleh Danone Aqua dalam kegiatan CSR ini tentu saja bukan tanpa alasan. Kampung Tabrik ini merupakan salah satu area penyangga bagi perusahan Danone Aqua Cianjur yang tidak boleh tercemar alamnya dengan bahan kimia. Karena bagaiaman pun, jika penggunakan bahan kimia dan pestisida pada tanaman yang berlebihan dan terus menerus nantinya akan mengganggu kualitas kesuburan tanah dan kualitas air di dalam tanah, dan jika hal ini dibiarkan terus menerus tentu akan berdampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat di daerah tersebut dan di sekitarnya.

Jadi di kampung ini sekarang sudah menerapkan program Ecofarming dan meninggalkan cara bertani secara konvensional yang menggunakan pestisida dan bahan kimia dalam bertani. Awalnya para petani di kampung Tabrik ini sangat sulit untuk beralih dari cara bertani konvensional, namun setelah melalui brebagai edukasi yang diberikan oleh pihak Danone AQUA akhirnya membuat para petani di kampung Tabrik ini sadar akan bahaya penggunaan pupuk dan pestisida berbahan kimia yang kerap mereka gunakan selama ini.

Jadi dengan penerapan Program Ecofarming ini memungkinkan tanaman terbebas dari kontaminasi bahan kimia, dimana kita tahu bahwa bahwa bahan kimia sangat berbahaya bagi kesehatan kita. Selain itu, Program Ecofarming ini bukan hanya dapat meningkatkan angka produktivitas, tetapi juga bisa mendongkrak nilai penjualan produk pangan organik tersebut.

Maka dengan itu, Bapak Jarot pun menuturkan bahwa dengan menerapkan Program Ecofarming ini memberikan banyak manfaat yang sangat bagus bagi manusia juga alam, yaitu Petani akan menghasilkan produk pertanian yang sehat, dan masyarakat yang mengkonsumsinya pun menjadi sehat serta alam pun menjadi sehat. Semua komponen menjadi sehat adalah harapan yang sejalan dengan slogan Danone yaitu one planet, one health yang selalu percaya bahwa makanan yang sehat berawal dari lingkungan yang sehat sehingga masa depanpun menjadi sehat.  

Sungguh melalui program ecofarming ini, masyarakat tidak hanya dibina dalam membudidayakan tanaman saja, tetapi juga dibantu sampai kepada proses pemasaran hasil panennya. Sehingga masyarakat benar-benar bisa merasakan secara langsung bagaimana bantuan yang diberikan oleh Danone Aqua ini benar-benar nyata dalam kehidupan mereka.


Budidaya Paprika melalui Program Ecofarming

Siapa yang tidak tahu buah paprika? Itu loh buah yang memiliki nama latin Capsicum annuum L. Iya buah yang memiliki rasa manis dan sedikit pedas dari suku terong-terongan atau solanaceae ini memiliki warna yang bermacam-macam, ada warna merah, hijau, ungu dan juga kuning. Dan Paprika ini biasanya dijadika topping pada pizza, campuran salad dan berbagai jenis olahan makanan lainnya karena kaya akan manfaat yang baik bagi tubuh kita.
Pohon Paprika di Kampung Tabrik - Doc.Mas Gayuhedi
Buah yang satu ini kaya akan kandungan Vitamin C yang mampu menjaga kesehatan sistem imun dan peremajaan kulit, selain itu mengandung phytochemical dan beta-carotene yang merupakan antioksidan dan agen anti inflamasi yang baik bagi tubuh. Selain itu kandungan Capsaicin dapat menurunkan kolesterol jahat, mengontrol diabetes, meredakan nyeri dan inflamasi, bahkan juga kaya akan vitamin E yang mampu menjaga kecantikan serta kesehatan kulit secara alami dari dalam. Dan masih banyak lagi sederet manfaat lain dari buah ini.

Ternyata Paprika yang kaya akan manfaat bagi tubuh ini dibudidayakan juga di Kampung Tabrik ini loh. Namun paprika yang ditanam di sini hanya yang berwarna merah dan hijau saja. Tapi paprika di kampung ini sangat spesial, mau tahu kenapa? Karena Paprika di sini dibudidayakan dengan program Ecofarming yang ramah lingkungan.

Iya dengan melihat letak geografis kampung ini, yang berada di atas ketinggian 1.000 dpl maka Danone AQUA melihat potensi ini untuk memberikan edukasi tentang pembudidayakan Paprika kepada para petani di Kampung Tabrik ini, karena kondisi lingkungan kampung ini dinilai sangat bagus untuk ditanami paprika karena dengan ketinggan tersebut maka paprika yang nanti dihasilkan akan memiliki kualitas yang bugus.

Dan benar saja, kemarin saat saya melihat langsung paprika yang dihasilkan oleh petani di kampung Tabrik ini benar-benar bagus, buahnya besar dan segar-segar bangat. Saya makin senang karena diperbolehkan untuk memetik langsung dan membawanya pulang. *Saya happy hehehe

Segarnya Paprika Hasil Panen dari Kampung Tabrik
Kampung Tabrik mulai membudidayakan Paprika ini sejak tahun 2016 yang lalu melalui pembinaan dan pelatihan tentang bagaimana membudidayakan Paprika yang baik dan benar oleh Danone AQUA. Tidak hanya pembinaan dan pelatihan, saat itu diberikan juga modal berupa 6 buah green house seluas 200 meter persegi sebagai medium budidaya paprika. 

Para petani benar-benar dibekali tentang ilmu dan cara bertani yang benar sehingga bukan hanya hasil pertanian yang sehat yang ingin didapatkan tetapi juga lahan pertanian tetap terbebas dari unsur kimia yang merusak tanah, dan pastinya para petani paprika diharapkan bisa mendapatkan hasil yang memuaskan ketika memanen paprikanya.

Pemilihan paprika yang ditanam di kampung Tabrik ini juga karena cara membudidayakan paprika dinilai tidaklah terlalu sulit bagi para petani, dimana prosesnya pertama-tama campurkan arang sekam dengan kompos organik, lalu dimasukan ke dalam polybag, setelah itu, masukan bibit paprika dan diletakan dalam green house. Dimana satu green house bisa menampung sekitar 1000 pohon paprika.

Kenapa harus ditanam di dalam green house, apa sih gunanya?

Paprika ditanam di dalam green house bukan tanpa alasan, keberadaan green house yang dibangun dengan bambu dan didesain dengan sedemikian rupa dengan pemberian pelindung disekeliling dinding dan atapnya dengan kain dan plastik khusus itu tentu saja bermaksud untuk melindungi tanaman paprika supaya tidak terpapar langsung dari matahari, air hujan, angin, kelembaban serta terlindungi dari berbagai hama dan penyakit yang menyerangnya.  
Ini salah satu contoh green house yang sedang dibangun dengan bambu

Selain itu, kegunaan lain menggunakan green house adalah kita dapat menanam tanpa mengenal musim, karena kondisi di dalam green house dapat kita manipulasi sehingga memungkinkan tanamanan tetap tumbuh dengan baik tanpa tergandung dengan lingkungan luar. bahkan penggunaan green house diyakini bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen, karena pemberian nutrisi dan kondisi lingkungan di dalam green house dapat dikendalikan dengan mudah sesuai kebutuhan tanaman sehingga kualitas dan kuantitas hasil panen akan lebih baik. Dan pastinya dengan adanya green house yang terawat dengan baik, tentu saja akan menghasilkan buah paprika organik yang tidak menggunakan pestisida dan bahan kimia untuk mencegah datangnya hama penyakit.

Oh iya, green house juga bisa digunakan untuk memanen air hujan yang dialirkan ke embung, ataupun dialirkan ke sumur resapan. Dan untuk membuat air di embung tetap steril dan untuk mengurangi bakteri maka diberikan tanaman enceng gondok dan ikan di embung tersebut.
Embung penampung air hujan
Selain itu, disekitar bangunan green house ditanami dengan bunga yang punya bau tak sedap (semacam bunga tahi ayam) yang berfungsi untuk mengusir dan membelokan segala jenis serangga dan hama yang ingin masuk ke dalam area green house ini. 

Jadi penerapan green house ini adalah untuk meminimalisir datangnya berbagai hama dan penyakit yang menyerang paprika sehingga dengan demikian maka penggunaan pestisida dan bahan kimia berbahaya pun tidak berlaku di sini.

Oh iya, untuk proses dari penanaman benih hingga panen paprika ini dibutuhkan waktu sekitar 7 bulanan untuk masing-masing green house, dimana proses penanaman setiap green house diatur waktunya, sehingga hasil panen antar green house tidaklah sama. Hal ini dilakukan agar proses panen paprika akan terus ada sehingga petanipun akan terus mendapatkan penghasilan dari masing-masing green house tersebut. 

Dan sejauh ini dengan mengadopsi konsep bertani yang menerapkan program ecofarming ini, para petani sudah mulai banyak mendapatkan manfaatnya. Jadi berpindah dari bertani model konvensional ke ecofarming adalah pilihan terbaik.
Pak Uden - Ketua kelompok tani di kampung Tabrik
Seperti yang dituturkan oleh Pak Uden Suherlan selaku ketua kelompok tani di kampung Tabrik ini, bahwa mereka bukan hanya mendapatkan banyak ilmu baru seputar bertani yang aman dan sehat, tetapi juga secara ekonomi pun para petani merasakan adanya peningkatan pendapatan setelah merubah cara bertani yang sebelumnya konvensioanal ke ecofarming yang ramah lingkungan ini. 

Ada 2 manfaat utama yang sangat menonjol yang dirasakan oleh Pak Uden dan petani paprika di kampung Tabrik ini setelah menerapkan program ecofarming ini, yaitu:
1.       Manfaat bagi kesehatan,
     Setelah melalui edukasi dari Danone, kini para petani sudah mulai paham tentang arti pentingnya kesehatan. Seperti yang diakui oleh Pak Uden banyak informasi yang sebelumnya tidak tahu kini menjadi tahu, yang dulunya tidak bisa menjadi bisa. Sebagai contohnya seperti saat menyemprot tanaman jangan sambil merokok, ataupun saat mengaduk pupuk atau pestisida tidak baik menggaduk dengan tangan secara langsung karena itu berbahaya bagi kesehatan, dan masih banyak informasi lain yang selama ini dikira oleh para petani hal yang biasa tapi pada kenyataannya sangat berbahaya bagi kesehatan mereka.

Selain itu, hal yang penting juga adalah hasil pertanian yang mereka panen tak lagi terkontaminasi dengan pestisida dan bahan kimia yang mengancam kesehatan manusia. Dan dengan minimnya penggunaan pestisida berbahan kimia tersebut maka tanah, udara dan air yang ada di kampung Tabrik ini juga tetap terjaga kelestariannya dari kontaminasi bahan kimia berbahaya.

2.       Manfaat secara ekonomi,
Tidak bisa kita pungkiri, Danone tidak hanya membantu masyarakat untuk menghasilkan pertanian yang sehat saja, tetapi Danone membantu hingga dengan proses pemasaran produk pertanian di pasaran. Sehingga kini, Para petani sudah tidak perlu khawatir mencari pasar untuk memasarkan hasil pertanian mereka karena kini pasarnya sudah jelas.

Dan kini, para petani kini sudah bisa mendapatkan keuntungan bersih antara Rp. 3-4 juta per bulan, namun jika lagi puncak musim panen bisa tembus hingga 6 jutaan per bulan. Dan, untuk perkilogramnya, paprika merah bisa dijual dengan harga Rp. 30.000. Sementara itu, untuk paprika hijau, bisa dijual dengan harga Rp. 25.000 per kilogramnya. Dan kini permintaan pasar semakin meningkat, dan itu menjadi memotivasi para petani di sini untuk terus berupaya menghasilkan paprika yang banyak namun tetap dengan kualitas yang baik.

Dan setelah sukses dengan 6 buah green house yang ada, maka kini pada tahun 2017 para petani sudah menambah 3 green house lagi untuk membudidayakan paprika ini. Penambahan green house ini tentu saja sejalan dengan menggeliatnya permintaan pasar akan buah paprika organik dari kampung Tabrik yang terus meningkat.
Banyak macam sayuran yang dibudidayakan di kampung Tabrik
Selain Paprika, di kampung Tabrik ini para petani juga melakukan budidaya  tomat, wortel, cabe dan jenis sayuran lain yang juga sudah menggunakan Program Ecofarming. Kini setelah merasakan banyak manfaat menggunakan program Ecofarming, maka masyarakat di sini sudah mulai terbiasa dan sudah meninggalkan metode pertanian konvensional.


Menyumbang Sebatang Pohon untuk Menghijaukan Bumi 

“Barang siapa yang menanam pohon, maka dia akan memanen kebahagiaan” saya pernah membaca kalimat itu tapi saya lupa membacanya di mana, namun saya sangat setuju dengan kalimat tersebut. Sebab menanam pohon terlebih yang menghasilkan buah dan bisa dimakan oleh orang lain itu bisa menjadi ladang pahala yang terus mengalir meskipun kita sudah meninggal. Subhanallah ya!

Dan berbicara tentang menanam pohon ini, saya jadi ingat kegiatan seru saat saya menanam pohon  di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di kawasan Cianjur, Jawa Barat. Iya di sana saya dan teman-teman blogger yang lain diajak untuk ikut menanam pohon sebagai bentuk kepedulian dan dukungan kita untuk menghijaukan hutan.
Mari menanam pohon karena itu sangat berarti untuk kelangsungan hutan kita
Kegiatan menanam pohon ini sekaligus sebagai bagian dari acara peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) yang jatuh pada tanggal 28 November yang lalu. Makanya kami diajak untuk menanam pohon di Taman nasional Gunung Gede Pangrango yang memiliki  lahan konvertasi seluas 24.000 hektar ini.

Dan Bapak Agus yang dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango mengakui bahwa kegiatan menanam pohon ini merupakan salah satu program rutin yang telah berjalan selama tiga tahun belakangan dengan PT. Tirta Investama (Danone Aqua) melalui kegiatan CSR Restorasi yaitu penananaman dan pemberdayaan masyarakat melalui budidaya tanaman.

Bahwa diyakini dengan menghijaukan hutan adalah salah satu cara kita peduli pada lingkungan kita, karena hutan adalah paru-paru dunia yang harus kita jaga. Sebab pohon-pohon di hutan bukan hanya bisa menghasilkan oksigen bagi kita, tetapi juga dapat membantu mencegah terjadinya tanah longsor dan banjir yang kerap kita lihat pada akhir-akhir ini di berbagai tempat di Indonesia. Bahkan mendukung keberlangsungan kehidupan satwa liar, melindungi lingkungan terhadap banjir dan longsor serta menjaga keberlangsungan ketersediaan air bagi masyarakat luas yang hidup di sekitar wilayah Gunung Gede Pangrango ini.

Menanam pohon sejatinya tidaklah sulit menurut saya, terlebih jika bibit pohon sudah disediakan seperti kemarin itu. dan kemarin saya menanam pohon Rasamala atau bahasa latinnya Altingia Excelsa Noronha. Dimana pohon Rasamala ini merupakan jenis kayu hutan yang memiliki tinggi 40 - 60 meter, dan konon katanya kayu rosamala ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena kuat dan awet.
Menanam pohon untuk keabadian hutan
Jadi pertama kita harus menggali tanah sebagai lubang untuk menanam pohon, dan sebelum menanam pohon, sebaiknya kita meremas atau memadatkan tanah yang ada pada polybag pohon tersebut, lalu melepaskan plastik polybag dari tanamanan tersebut dan kemudian menaruh pohon secara  perlahan pada lubang yang sudah disedikan, lalu perlahan kita timbun atau kubur kembali lubang pohon tersebut sambil tanahnya ditekan-tekan supaya pohonnya bisa tertancap kuat dan menyatu dengan tanah. Dan jangan lupa menancapkan sebilah kayu untuk diikatkan disamping pohon yang baru kita tanam tersebut supaya pohonnya bisa tegak ke atas. Lalu kemarin kita juga harus memasang barcode yang berisi nama kita pada masing-masing pohon yang kita tanam tersebut yang sekaligus menandakan siapa yang menanam pohon tersebut. Jadi jika kita ke sana lagi kapan-kapan kita bisa lihat bagaimana pertumbuhan pohon yang kita tanam tersebut.

Sungguh saya sangat senang bisa ikut terjun langsung dengan menanam pohon ini, semoga kontribusi yang kecil yang kami lakukan ini dapat memberikan manfaat yang berarti di masa yang akan datang seiring dengan bertumbuhnya pohon-pohon yang telah ditanam tersebut.

Semoga kegiatan seperti ini terus ada dan dilakukan bukan hanya di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango saja, tapi juga di berbagai tempat lain di Indonesia supaya gunung-gunung di Indonesia kembali hijau dengan hutan-hutannya yang rindang.


Menyelami Keindahan Curug Goong yang Tersembunyi
Setelah selesai melakukan aksi menanam pohon, maka kami pun diajak untuk melihat keindahan sebuah curug yang bernama Curug Goonng yang masih terletak di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di kawasan Cianjur, Jawa Barat.
Pesona Curug Goong Cianjur yang masih tersembunyi
Iya, penamaan air terjun yang diberi nama Curug Goong ini konon katanya berasal dari kisah mistis yang masih kental menjadi cerita masyarakat sekitar. Dimana nama Goong diambil karena masyakat sekitar pernah mendengar permainan musik gong menjelang tengah malam dan berasal dari air mancur tersebut. Maka sejak saat itu, air terjun tersebut dinamakan Curug Goong.

Dan Curug Goong ini tidak jauh dari Kampung Tabrik, Desa Gekbrong, Kecamatan Gekbrong, Cianjur. Butuh waktu sekitar 20 – 30 penit perjalanan dari gapura desa. Namun untuk mencapai Curug Goong ini butuh perjuangan, jalanannya lumayan terjal dan licin lantaran sebelum kami ke sana sempat turun hujan.

Kawasan menuju curug ini memang belum dikelola sebagai objek wisata, makanya belum ada fasilitas apapun di sana, bahkan belum ada pegangan yang aman saat turun menuju curug yang terjal tersebut. Kita kudu hati-hati melangkah, jika tidak kita bisa terperosok ke jurang dengan pohon-pohon yang rimbun itu. 
Jalanan licin dan curam harus hati-hati
Bahkan saya melepaskan alas kaki saya karena takut licin dan tergelincir, dan memang lebih aman untuk melangkah tanpa alas kaki sih menurut saya. Dan jika saat ini teman-teman main ke sini, sebaiknya minta dtemani warga sekitar supaya ada yang menuntun saat kita melangkah turun ataupun naik mengingat medan untuk mencapai Curug Goong ini masih belum ditata dengan baik.

Tapi semangat untuk mencapai Curug Goong semakin menggebu ketika deru air terjun itu mulai terdengar dengan jelas, kaki saya seolah ingin berlari dan cepat-cepat untuk mencapai dasar Curug Gooong itu. dan meski masih melihat Curug Goong dari jauh saya seketika terpesona dibuatnya, tampak terlihat air terjun yang sangat cantik di balik hijau pohon yang rimbun. 

Dan benar saja, setelah saya sampai di hadapan Curug Goong ini, saya benar-benar terpukau dengan keindahan air terjun yang tingginya sekitar 40 meter ini. Airnya yang jernih terjun bebas dan membawa embun yang dihempaskan oleh angin sehingga membasahi tubuh saya yang berdiri di bibir tebing di depan air terjun.
Curug Goong menawarkan pesona alam yang indah dan asri
Air tejun yang dingin berada di tengah rimbunan pohon ini sungguh lukisan keindahan alam yang sangat luar biasa cantiknya. Dan di sisi sebelah kiri air terjun yang deras itu ada juga aliran air terjun yang mengalir namun dengan jumlah air yang lebih kecil yang melengkapinya dan membuatnya menjadi kian cantik.

Oh iya, ke depan nanti curug ini akan dikelola menjadi tujuan wisata yang dilengkapi dengan fasilitas dan infrastruktur yang lebih baik oleh pemerintah setempat bersama PT AQUA Investama sebagai kawasan Agrowisata yaitu tempat wisata bernuansa alam dan pertanian, karena seiring dengan makin meningkatnya jumlah pengunjung yang datang ke lokasi ini di setiap minggunya, meski saat ini wisatawan yang datang ke sini masih warga Cianjur dan sekitarnya. 
Keindahan Curug Goong ini bikin betah berlama-lama di sini

Saya sebenarnya masih pengen main berlama-lama menikmati keindahan air terjun ini, namun apa daya, waktu sudah menuju gelap dan membuat kami harus segera bergegas pulang sebelum hujan deras kembali turun.

Namun nantinya diharapkan Curug Goong ini bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan dari seluruh penjuru negeri ataupun dari luar negeri karena memang pesona Curug Goong ini memang sangat layak untuk dikunjungi.


***
Masih ada cerita seru lainnya dari perjalanan saya ke Cianjur ini, tapi BERSAMBUNG ke Serunya Wisata Tour di Pabrik AQUA Cianjur.


6 comments:

  1. Tempatnya asik banget ya Wan. Masih asri, pantes hasil panennya juga bagus, plus sehat. Ditunggu keseruan cerita selanjutnyaa :D

    ReplyDelete
  2. Seru bangat Bang jalan-jalannya, dan baca ceritanya serasa ikut ke sana juga saking lengkapnya hehehe

    Baca lanjutannya juga akh :)

    ReplyDelete
  3. Paprikanya duhhhhh, jadi pengen lagi itu paprika, renyah dan mania, kek makan tomat mentah

    ReplyDelete
  4. Mak pernah tuh ke Curug Goong Cianjur tp dulu waktu msh kinyis kinyis. Cianjur memang salah satu sentra penghasil sayur ya. Tp Mak belum pernah sih lihat kebun paprika. Ih asik bgt itu pastinya. Seru bisa ikut nanam pohon

    ReplyDelete
  5. Uwooowww, kith punyak paprikaaa. Seger2 bangeeetttzzz.
    Keknya daerah yg bisa ditanamin buah dan sayur yg unik2 tuh mesti jauh banget dari ibukota ya.

    ReplyDelete
  6. aku kok gak paham ya kecamatan Gekbrong di mana, padahal pak suami orang cianjur, tapi kurang familiar sama kecamatan itu

    ReplyDelete