Jakarta Humanity Festival 2019




Ada rasa sedih yang tiba-tiba hadir memeluk hati saya, kala saya menelusuri satu per satu potret yang memajang duka yang pernah dirasakan oleh negeri ini. Sungguh luar biasa banyak bencana yang terjadi belakangan ini, seolah Ibu Pertiwi tak pernah berhenti dirundung duka yang menguras air matanya. 

Berbagai bencana alam terjadi di Indonesia begitu beruntun, belum usai luka di daerah yang satu, daerah lain pun kemudian dirundung duka yang tak kalah parah, sehingga tak terhitung lagi jumlah nyawa dan harta benda yang hilang karena berbagai bencana ini.

Dan masih segar di ingatan saya tentang salah satu bencana yang terjadi di ujung tahun 2018 silam, tentang bagaimana tsunami mengguncang Selat Sunda sehingga memorak-porandakan beberapa lokasi di Pandeglang Banten dan juga di daerah Lampung, meski saya tidak berada di sana secara langsung, namun kabar duka yang saya dengar dan lihat di media sosial dan media massa mampu menyeret hati saya untuk ikut merasakan duka yang dalam juga.
 
Beberapa barang korban bencana dan juga potret kejadian bencana alam yang terjadi dari hasil oto para juru kamera Dompet Dhuafa
Semakin lama saya memandang potongan demi potongan foto yang dipajang di ruang pameran Jakarta Humanity Festival (JHF) ini, membuat saya tak sanggup memendung haru yang hadir menyelimuti hati saya. Melihat wajah-wajah penuh kesedihan, bangunan-bangunan hancur berantakan, jalanan-jalanan retak tak beraturan, rumah-rumah hancur rata dengan tanah, dan berbagai faslitas umum yang rusak parah, sungguh hati perih melihat luka yang dirasakan oleh saudara-saudara kita yang tertimpa bencana.

Foto-foto yang terpampang di berbagai dinding ruangan ini merupakan berbagai potongan gambar bencana yang terjadi diberbagai daerah, seperti di Lombok, Palu, Sigi, Donggala, Lampung, Banten dan Sukabumi yang diabadikan oleh para fotografer Dompet Dhuafa yaitu Mas Dhika Prabowo, Dedi Fadlil, Zulfana, Eka Suwandi, Taufan Y.N, dan Pundhi Vito.
Mas Dhika menceritakan kisah di balik setiap foto yang ada di berbagai lokasi bencana
Kebetulan saya sempat bertemu dan ngobrol sejenak dengan Mas Dhika terkait foto-foto yang ada di pameran ini. Dari Mas Dhika saya mendapatkan banyak cerita terkait momen-momen di balik setiap peristiwa bencana yang terjadi di berbagai daerah, dan semuanya mengundang nurani kita untuk tak henti merasakan empati yang dalam bagi warga lain yang tertimpa bencana.

Ya, potret suasana yang tertangkap kamera dan cerita dari Mas Dhika yang melihat langsung berbagai bencana yang terjadi membuat saya sadar, betapa kecil dan lemahnya kita sebagai manusia, tak ada yang abadi di dunia ini, semua bisa sirna seketika dalam sekejap bila Allah sudah bertitah, seperti kejadian di Kampung Petobo - Palu yang tiba-tiba hilang ditelan lumpur akibat fenomena Likufaksi. Jujur saya merinding saat mendengar ceritanya.

Saya tak sanggup berlama-lama menatap semua gambar-gambar itu, ada rasa sedih dan juga takut yang tiba-tiba saya rasakan. Makanya saya memutuskan untuk berpamitan dengan Mas Dhika dan langsung menuju ruang talkshow yang bersebelahan dengan ruangan pemeran ini.

Usai melihat pameran berupa foto-foto terkait bencana yang terjadi belakangan ini, ada banyak rangkaian acara lain juga yang di gelar dalam Jakarta Humanity Festival (JHF) tahun 2019 ini. Namun apakah ada teman-teman yang belum tahu apa itu Jakarta Humanity Festival (JHF)?

Jadi, Jakarta Humanity Festival (JHF) ini merupakan sebuah event yang diprakarsai oleh Dompet Dhuafa yaitu sebuah gerakan semangat untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya merespon isu kemanusiaan di lingkungan sekitar yang terjadi akhir-akhir ini dengan kebaikan sehingga jangan sampai ketidakpedulian, ketidakpekaan, dan kekurangtahuan masyarakat tentang isu sosial jadi pemicu hilangnya rasa kemanusiaan.

Untuk itu, kehadiran #JakHumFest2019 ini diharapkan akan menjadi ajang pertemuan bagi masyarakat terutama anak-anak muda yang tertarik dengan kegiatan sosial, baik relawan, public figur, komunitas, lembaga, hingga sociopreneur yang nantinya akan saling bertukar semangat kemanusiaan, kepedulian, serta bergagas solusi atas permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan kemanusiaan dengan tujuan sebuah perubahan positif di masa depan.

Makanya melalui event awal tahun dari Dompet Dhuafa ini, maka diharapkan mengajak semua pihak untuk saling menebarkan nilai-nilai kebaikan untuk perubahan respon manusia di dalam isu sosial seperti yang terjadi belakangan ini.

Jadi acara yang digelar secara Gratis di Loop Station, Kawasan Blok M – Jakarta Selatan selama seharian dari pagi hingga malam ini berisi berbagai diskusi menarik dan juga sajian musik yang menyentuh sehingga diharapkan bisa mengajak masyarakat untuk semakin sadar akan pentingnya merespon isu kemanusiaan di lingkungan sekitar dalam menghadapi sebuah bencana.

Nah, untuk itu, acara ini dikemas sangat menarik dengan menghadirkan berbagai segmen acara yang akan memberikan wawasan dan juga pengalaman bagi masyarakat yang datang di acara ini, di antaranya sebagai berikut:

WORKSHOP

Sesi Workshop ini merupakan sesi yang menjadi ruang gerak bagi masyarakat yang hadir di acara ini untuk mendapatkan informasi, ilmu dan juga bisa sekaligus mengespresikan kreatifitas yang ada dalam dirinya dengan mengumpulkan manfaat yang bisa manusia berikan untuk lingkungan.
Mas Syamsul menjelaskan tentang kondisi bumi atau lingkungan saat ini
Acara pagi itu dibuka dengan sebuah sharing session oleh Mas Syamsul Ardiansyah yang merupakan salah satu aktivis kemanusiaan yang sekaligus merupakan manager recovery dan lingkungan dari Dompet Dhuafa yang membahas sebuah topik dengan tema “What's on Earth Today?” agar kita bisa mengetahui tentang kondisi lingkungan saat ini.

Pada kesempatan ini, Mas Syamsul menjelaskan tentang bagaimana bencana demi bencana yang terjadi, khususnya berbagai bencana yang menimpa Indonesia belakangan ini. Dimana trend bencana yang terjadi sejak tahun 2009 sampai 2018 kemarin secara umum terus meningkat, bahkan hingga 14 Desember 2018 yang lalu, tercatat telah terjadi kejadian bencana sebanyak 2426 kejadian bencana.

Dan bencana banjir, tanah longsor serta angin puting beliung masih mendominasi berbeagai bencana yang ada. Dimana bencana yang terjadi ini karena adanya perubahan iklim, kondisi lingkungan dan tentu saja tak lepas dari peran manusia yang ada di bumi ini.

Dan harus kita sadari, bahwa daya dukung lingkungan semakin hari semakin merorot. Untuk itu, segala sumber energi yang kita nikmati saat ini adalah hak dari generasi yang akan datang, makanya kita sebenarnya meminjam segala sumber energi yang ada seperti air, udara, tanah dan segala yang kita nikmati saat ini dari generasi yang akan datang. Makanya jangan sampai rusak semua tatanan lingkungan dan alam yang ada supaya bisa tetap dinikmati oleh generasi yang akan datang.

Nah, salah satu cara merawat lingkungan ini agar tidak cepat rusak yang bisa dilakukan oleh manusia yaitu bagaimana memperlakukan sampah, karena tidak bisa kita pungkiri bahwa salah satu yang menyebabkan lingkungan rusak adalah banyaknya sampah yang mengotori lingkungan sehingga menjadi salah satu penyebab hadirnya bencana alam seperti banjir.
Mba Ratri mengjarkan kami mengolah sampah gelas plastik menjadi barang yang bisa digunakan kembali melalui kreasi doodle, seru loh bikin doodle ini.

Untuk itu, dalam acara ini tampak hadir juga Mba Ratri E. Rahayu yang akan mengajarkan kita tentang bagaimana mengolah sampah menjadi barang yang bisa terpakai kembali dengan tema “Remake & Reuse The Coffee Cup”.

Kita mungkin kerap menggunakan gelas plastik untuk menikmati minuman dan gelas ini biasanya setelah minumannya habis maka akan berakhir di tong sampah. Namun di tangan Mba Ratri, gelas bekas ini bisa disulap menjadi gelas cantik dan bisa digunakan kembali, dimana caranya, gelas tersebut dihiasi dengan kreasi doodle yang cantik.

Dan kami yang hadir dalam acara ini pun diajarkan untuk membuat doodle sesuai keinginan kami pada media gelas bekas tersebut. Ternyata seru juga ya membuat doodle seperti ini, sangat menarik karena membuat saya seolah menemukan media baru untuk melampiaskan daya kreatif yang mungkin selama ini terpendam, bahkan cara ini sangat seru untuk meredam stress loh menurut saya. Seru!
Ini kreasi doodle art yang saya buat, asli berantakan tapi menang loh, iya dipilih sama juri karena beruntung hahaha
Jadi gelas bekas ini, selain bisa digunakan kembali sebagai pot untuk menanam tanaman, tetapi setelah kita kreasikan dengan doodle seperti ini bisa kita gunakan kembali menjadi wadah untuk menyimpan berbagai barang, seperti menyimpan alat-alat tulis, menyimpan peniti, menyimpan jarum dan berbagai benda kecil lainnya sehingga lebih rapid an tidak mudah tercecer.

Itu hanya salah satu contoh bagaimana cara kita mengolah kembali sampah yang ada di sekitar kita agar lingkungan tetap bersih dan bebas dari sampah sehingga berbagai bencana banjir yang terjadi akibat tertutupnya saluran air oleh sampah tidak terjadi lagi, dan sekaligus menimalisir berbagai penyakit dan bau busuk yang bisa mengancam kesehatan manusia.   


HUMANITALK
Humanitalk ini merupakan sesi yang menjadi ruang bicara untuk berbagi pengalaman, inspirasi, dan pengetahuan tentang isu kemanusiaan dari orang-orang yang memang memiliki peran dan sangat konsen dengan lingkungan dalam kaitannya dengan bencana.

Untuk itu, dalam sesi ini tampak hadir Bapak Agus Wibowo selaku Kepala Pusat Pendidikan Dan Latihan Penanggulangan Bencana BNPB, dan ada juga Bapak Arifin Asyhad selaku Pemimpin Redaksi Kumparan, dan turut hadir Mba Citra Natsya selaku founder House of Perempuan.
Humanitalk bersama (Kiri - Kenan): MC - Bpk. Agus Wibowo - Bpk Ariin dan Mba Citra
Pada kesempatan ini, Bapak Agus Wibowo menuturkan bahwa hadirnya sebuah bencana itu adalah takdir, kita tak bisa menghindarinya jika memang itu harus terjadi, sebab dimanapun kita berada pasti akan mengalami bencana jika itu adalah takdir.

Namun sebagai manusia, tak ada salahnya jika kita untuk berusaha agar bisa meminimalisir segala kemungkinan yang terjadi dengan melakukan hal-hal berikut:
  • Kenali bahayanya, yaitu suatu sikap yang harus kita miliki agar kita bisa mencegah atau menghindari bahaya yang terjadi akibat dari sebuah bencana yaitu dengan mengenali bahaya yang kerap melanda tempat tersebut agar meminimalisir kerugian yang terjadi. 
  • Kurangi resikonya, yaitu memahami tentang bagaimana cara mengurangi resiko bila terjadi bencana. Misalanya, jika kita tinggal di tempat yang rawan banjir atau tepi pantai maka kita harus bisa mengetahui seperti apa tanda-tanda akan hadirnya banjir, dan kita pun harus memiliki konsep rumah yang bertingkat untuk melindungi diri dan barang-barang berharga.
  • Selalu siap siaga, yaitu suatu sikap mawas diri harus selalu ada dalam diri seseorang karena kita tak akan pernah tahu kapan bencana akan terjadi, jadi sebisa mungkin kita siap siaga sebagai langkah awal untuk menyelamatkan diri dari bencana yang menghampiri.
Selanjutnya, ada Bapak Arifin yang menjelaskan tentang peran media dalam memberikan informasi tentang sebuah kondis bancana yang terjadi dengan benar dan uptodate dengan tetap harus bisa dipertanggung jawabkan.

Jadi, media dalam mewartakan segala berita dan informasi terkait bencana bukan hanya sekadar meliput peristiwa tetapi juga harus bisa mengawal segala proses yang terjadi sampai rehabilitasi maupun rekonstruksi yang dilakukan oleh pemerintah atau pihak lain dalam memulihkan lokasi bencana tersebut.

Untuk itu, kehadiran media pada prinsipnya mempunyai tanggung jawab untuk selalu memberikan berbagai informasi tentang bencana yang terjadi, sehingga masyarakat umum pun bisa lebih cepat tanggap dan belajar untuk menghadapi bila ada bencana yang datang.

Dan tak ketinggalan pada kesempatan ini, Mba Citra pun menjelaskan tentang peran serta perempuan dalam menghadapi dan juga menaggulangi bila terjadi bencana, misalnya dengan mengetahui potensi diri sebagai perempuan tanpa melupakan kodratnya sebagai perempuan.

Jadi, kaum perempuan diharapkan tidak membatasi dirinya karena “gander” yang selalu mengindentikan kaum perempuan itu feminism dan lemah, justru kaum perempuan harus menunjukan sisi kuatnya dalam menghadapi berbagai masalah seperti bila terjadi bencana. Perempuan harus tetap kuat dan tangguh.


SOUND OF HUMANITY
Nah, untuk sesi yang ini merupakan ruang suara yang mengajak seluruh para masyarakat yang hadir di acara JakHumFest ini untuk menikmati sajian musik dan hiburan dengan tetap berefleksi pada rasa kepedulian bagi banyak penyintas bencana yang butuh uluran tangan kita bersama.

Namun saya pribadi tidak semmpat menikmati sesi ini karena kebetulan saya harus pulang karena ada urusan lain. Padahal dalam sesi ini akan hadir berbagai musisi keren seperti Anau Band, Senar Senja, Hanggini, Chikita Fawzi dan Pusakata.

Untuk sesi ini digelar mulai sekitar jam setengah tujuh malam hingga jam Sembilan malam. Namun saat saya pulang sekitar jam 4 sorean, jumlah masyarakat yang hadir di acara ini semakin banyak, dan sepertinya mereka ingin menikmati persembahan suara-suara merdu yang dipersembahkan oleh para musisi hebat ini untuk menutup rangkaian acara JakHumFest 2019 yang digelar sepanjang hari tersebut.

***

Menurut saya acara Jakarta Humanity Festival ini sungguh sangat "seru" karena mampu mengajarkan kita tentang menyelami duka bencana dengan cara yang beda, semoga acara ini bisa menjadi acara rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa sehingga semakin banyak lagi masyarakat yang sadar betapa pentingnya menjaga lingkungan hidup dan siaga dalam menghadapi berbagai bencana yang akan terjadi.

Terima kasih Jakarta Humanity Festival atas segala ilmu dan pengalaman seru yang saya dapatkan di acara ini, sehingga memperkaya wawasan saya terutama untuk lebih mencintai lingkungan dan meningkatkan awareness saya dan anak-anak muda lainnya dalam menghadapi  berbagai isu kemanusiaan dan bencana yang terjadi di sekitar kita. Jadi, mari pelihara alam agar kita dapat memiliki masa depan yang lebih baik.


No comments:

Post a Comment