Sekelumit Cerita Tebar Hewan Kurban Dari Kota Tuak


Kurbanesia tebar hewan kurban Domapet Dhuafa di Tuban

Merayakan hari raya Idul Fitri atapun Idul Adha jauh dari orang tua itu sudah beberapa kali saya rasakan, namun selama ini saya tidak benar-benar sendiri karena masih ada saudara dan teman-teman di dekat saya, tetapi untuk Idul Adha kali ini ada yang berbeda, saya merayakannya benar-benar jauh dari lingkungan keluarga dan orang-orang terdekat saya. Tahun 2018 ini, saya merayakan Idul Adha di tanah Tuban, daerah yang dijuluki si Kota Tuak.

Sungguh rasanya asing bagi saya di moment seperti ini berada di tempat baru, ada rasa haru yang mulai mendera kala suara takbiran mengalun terdengar jelas sepanjang perjalanan saya malam itu dari kota Surabaya menuju Kota Tuban. Seketika rasanya saya ingin berada di tengah-tengah keluarga saya, rindu akan keluarga di rumah tiba-tiba begitu meryergap.

Namun segara saya tepis perasaan itu. Sebab sisi lain hati saya pun ingin merasakan seperti apa rasanya menikmati momen Idul Adha di kota orang lain yang sama sekali belum pernah saya kunjungi sebelumnya. Dan selain itu, perjalanan kali ini ada “sesuatu” yang memang berbeda, sebab ini bukan traveling biasa.

Bukan Traveling Biasa bersama Dompet Dhuafa

Ya, perjalanan saya ke luar kota kali ini bukan sedang berlibur seperti biasanya. Kali ini saya akan mengikuti Dompet Dhuafa dalam rangkaian perjalanan Kurbanesia untuk Menjawab Panggilan Zaman melalui program Tebar Hewan Kurban (THK) di salah satu tempat wilayah di Jawa Timur selama 3 hari 2 malam (21 – 23 Agustus 2018).
Kurbanesia tebar hewan kurban Domapet Dhuafa di Tuban
Melakukan perjalanan namun bukan traveling biasa bersama Dompet Dhuafa di wilayah Jawa Timur
Seperti yang kita semua tahu, Dompet Dhuafa sebagai lembaga zakat yang terus bergerak memberdayakan kaum dhuafa ingin terus menggandeng masyarakat luas untuk tumbuh bersama dengan menanamkan nilai-nilai cinta berkurban melalui program Tebar Hewan Kurban (THK) sebagai tanda syukur kepada Allah dan berbagi kebahagian dengan sesama.

Makanya program Tebar Hewan Kurban (THK) ini lahir dari keinginan Dompet Dhuafa yang mengharapkan para peternak lokal bisa memperoleh kemerdekaannya yaitu kemerdekaan dari usahanya sebagai peternak, kemerdekaan dari kerugian akibat persaingan usaha ternak yang sengit, sehingga pada akhirnya program ini diharapkan bisa memerdekakan peternak dari kemiskinan yang melilit mereka.

Untuk itu, Dompet Dhuafa menjalin kerjasama dengan masyarakat sebagai mitra pemberdayaan peternak. Selain memberikan bantuan hewan ternak, Dompet Dhuafa juga memberikan pelatihan dan bimbingan kepada peternak lokal terkait bagaimana cara merawat dan membesarkan hewan yang ada supaya bisa menghasilkan hewan ternaik yang berkualitas untuk dijadikan hewan kurban.


Selain memberdayakan peternak lokal, kehadiran Program Tebar Hewan Kurban (THK) ini juga untuk mempermudah pendistribusian hewan kurban ke daerah-daerah terpencil di seluruh pelosok Indonesia hingga manca negara, sehingga masyarakat terpencil bisa juga meraskan nikmatnya menyantap daging kurban di hari raya Idul Adha ini.

Hal ini jugalah yang dilakukan oleh Dompte Dhuafa di salah satu wilayah di Jawa Timur yang saya datangi ini. Kami akan melihat langsung seperti apa Program Tebar Hewan Kurban (THK) ini hadir menyelami kehidupan para peternak di sini.
Kurbanesia tebar hewan kurban Domapet Dhuafa di Tuban
Mas Ihsan (Depan), Mas Dzul (Tengah) dan saya paling belakang siap-siap terbang menuju Surabaya
Jadi saya berangkat dari Jakarta bersama Mas Dzulfikar (Blogger) dan juga Mas Ihsan (Perwakilan dari Dompet Dhuafa) pada tanggal 21 Agustus 2018 sore hari, kemudian sampai di Surabaya sudah mendekati waktu shalat Isya. Usai menunaikan shalat isya dan mencari makan malam di seputaran kota Surabaya, maka kami melanjutkan perjalanan ke Tuban, ternyata perjalanannya lumayan jauh, butuh waktu sekitar empat jam untuk kami sampai di sana.

Sekitar pukul satu dini hari kami akhirnya sampai juga di Tuban dan kami menginap di rumah Bapak Munir (salah satu pendamping progam Bina Peternak Mandiri di Tuban), lalu sejenak kami merehatkan diri yang memang sudah letih menempuh perjalanan sejauh itu. Saya tidur lumayan nyenyak dan bangun-bangun lantaran mendengar seruan adzan yang sudah bertalu-talu memanggil untuk mengajak segera menunaikan shalat subuh. 

Usai subuh saya kembali merebahkan diri sejenak, karena selain masih ngantuk, suasana yang masih gelap membuat saya merasa masih ada waktu untuk sejenak berlama-lama di atas kasur, namun tak berselang lama, ketakutan akan kesiangan mendobrak rasa ngantuk saya sehingga memaksa saya segera bergegas mandi supaya tidak ketinggalan shalat Idul Adha.
Kurbanesia tebar hewan kurban Domapet Dhuafa di Tuban
Suasana Shalat Idul Adha kemarin
Untungnya Masjid untuk shalat Idul Adhanya tidak terlalu jauh, cukup jalan kaki sebentar, sekitar 5 menitan sudah sampai. Namun pas kami sampai suasana masjid sudah sangat ramai, dimana lantai satu diisi oleh mayoritas jamaah perempuan yang sudah meluber hingga ke halaman masjid, sementara  jamaah laki-laki mengisi dua lantai atas, dan kami pun akhirnya mendapatkan tempat shalat di lantai paling atas yaitu lantai tiga.  

Tata cara pelaksanaan shalat Idul Adhanya memang tidak ada yang beda seperti yang biasa saya lakukan setiap tahunnya, namun suasananya jelas berbeda, tetap ada rasa asing yang hinggap dan ada rasa kosong yang tiba-tiba hadir, keberadaan keluarga memang tak akan pernah tergantikan, namun saya mencoba menikmati semua rasa yang hadir sebagai bentuk syukur karena bisa merasakan sensasi dan suasana Idul Adha yang berbeda di tahun 2018 ini. Alhamdulillah! :)


Menyambangi Dusun Sidorejo di Bukit Kapur 

Tak buang-buang waktu, seusai menunaikan shalat Idul Adha, maka kami pun langsung bergegas ke sebuah dusun yang ada di Bukit Kapur yaitu Dusun Sidorejo, Desa Gaji, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban – Jawa Timur.
Kurbanesia tebar hewan kurban Domapet Dhuafa di Tuban
Rumah-rumah warga di sini masih sangat sederhana
Sesaat setelah menjejakan kaki di sini membuat saya sejenak terdiam, mata saya menyapu semua pendangan yang ada di depan saya, tampak gersang membentang, daun-daun merangkas, udara panas mulai menyengat kulit, padahal jam di tangan saya baru menunjukan sekitar pukul 10 pagi, dan jalanan bersolek dengan debu-debu yang dihempaskan angin.

Ya, jalanan di sini masih belum tersentuh oleh aspal, rumah-rumah di sini bisa saya bilang masih dibangun dengan begitu sederhana, hanya berdinding bata-bata kapur, dan tak sedikit juga rumah warga yang masih berdinding anyaman bilah-bilah bambu dan berlantaikan tanah. Jujur menurut saya sangat jauh dari kata layak sebagai tempat tinggal.
Kurbanesia tebar hewan kurban Domapet Dhuafa di Tuban
Jalanan masih bertanah dan belum tersentuh aspal

Berada di sini seolah saya merasa bukan sedang berada di Pulau Jawa, karena saya kira potret kehidupan seperti ini hanya akan ada di wilayah-wilayah Indonesia timur sana yang begitu sulit dijangkau, namun ternyata saya keliru, di kampung yang tidak begitu jauh dari Kota Surabaya serta pabrik-pabrik semen terkenal itu, ada sekelompok masyarakat yang masih hidup dalam situasi yang begitu rumit.


Di sini air bersih pun sangat langka, jadi warga harus membayar jika ingin mendapatkan air bersih, atau bisa juga turun ke kampung di bawah untuk mengambil air bersih. Bisa dibayangkan betapa susahnya kehidupan warga di bukit kapur ini bukan? 

Makanya warga di sini hanya bisa bercocok tanam pada musim hujan saja, mengandalkan air hujan yang turun dari langit. Padahal mayoritas warga di sini menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian, makanya ketika musim kemarau begini, warga sudah mulai membersihkan ladangnya, supaya kelak ketika hujan pertama kali turun mereka bisa langsung menanam tanaman yang mereka inginkan (Padi, Jagung, dll) dan beberapa saat sebelum tamanan utama dipanen maka tanaman lain segera ditanam lagi, misalnya kacang tanah dengan sistem tumpangsari demi mengejar hujan sebelum kemarau kembali datang. 
Kurbanesia tebar hewan kurban Domapet Dhuafa di Tuban
Tanah berbatu seperti inilah yang menjadi lahan pertanian warga di Dusun Sidorejo ini
Jadi selama musim hujan, warga di sini berharap bisa panen dua kali demi menyediakan pasokan makanan untuk mereka melanjutkan hidupnya di musim yang akan datang. Dan saya tidak bisa membayangkan jika mereka gagal panen, tentu kelaparan akan mendera kampung ini bukan? namun saya berdoa hal itu tidak pernah terjadi, mudah-mudahan. Aamiin…

Dan perlu juga teman-teman semua tahu, bahwa tanah perkebunan warga di sini juga tidak mulus dengan lahan tanah saja, namun lahan warga juga dipenuhi oleh batu-batu besar yang menyebar hampir separauh dari lahan-lahan yang ada, sehingga tanaman hanya ditanam di sela-sela bebatua itu. Alhasil, tentu saja hasil panen warga menjadi tidak begitu maksimal. 

Ya, hidup dalam kungkungan keadaan yang serba sulit seperti inilah yang akhirnya menggerakan Dompet Dhuafa memilih Dusun Sidorejo sebagai bagian dari program Tebar Hewan Kurban (THK) ini yaitu dengan memberikan binaan bagi warganya melalui kemitraan dan pemberdayaan peternak yang diharapkan bisa membantu meningkatkan taraf hidup warga di sini.
Tebar Hewan Kurban di Tuban Jawa Timur
Kambing-kambingnya tampak bersih dan sehat-sehat ya
Melalui program kemitraan inilah, para peternak diberi pendampingan oleh Dompet Dhuafa tentang bagaimana cara memilihara ternaik yang baik, seperti cara memberi makannya, bahkan cara merawatnya jika hewan-hewan mengalami sakit.

Di Dusun Sidorejo ini tampak kambing-kambing yang dihasilkan oleh peternak di sini begitu sehat, terawat dan lincah-lincah. Hal ini menggambarkan keuletan dari para peternaknya yang benar-benar menjaga hewan ternak mereka supaya tetap sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh Dompet Dhuafa sebagai hewan pilihan terbaik yaitu hewannya harus memenuhi bobot hidup, sehat, tidak cacat dan cukup umur untuk dikurban.
Kurbanesia tebar hewan kurban Domapet Dhuafa di Tuban
Bapak Kusnan (Kiri) dan Bapak Udi (Kanan) para peternak kambing dari Dusun Sidorejo
Bahkan saya sempat mengobrol dengan Bapak Kusnan dan Bapak Udi yang merupakan para peternak di Dusun Sidorejo ini terkait seperti apa perawatan yang mereka berikan untuk ternak mereka. Beliau berdua bercerita bahwa kambing-kambing yang dipelihara di sini dirawat sebaik mungkin dengan kandang-kandang kambing yang tidak jauh dari rumah mereka.

Meskipun kampung ini terkesan tandus dan kekurangan rumput hijau, ternyata warga di sini memanfaatkan limbah pertanian berupa jerami padi, daun jagung, daun kacang untuk stok makanan ternak mereka, makanya meskipun saat musim kemarau datang, mereka masih memiliki stok makanan untuk ternak mereka.

Selain itu, masyarakat di sini juga selalu memberikan daun-daun hijau kepada ternak mereka, seperti daun jaranan atau daun planding yang diambil di sekitar rumah mereka sendiri. Bahkan banyak warga di sini sengaja menanam pohon-pohon yang menghasilkan daun sebagai pakan ternak mereka sekaligus sebagai pagar di halaman rumah mereka.

Dan Bapak Kusnan juga menambahkan bahwa keberadaan ternak hewan ini menjadi salah satu solusi bagi warga di kampung ini untuk memenuhi kebutuhan di saat situasi sulit selain mengandalkan hasil pertanian, karena dengan adanya hewan ternak ini maka bisa dibilang warga menjadi memiliki “tabungan” sebagai pegangan yang bisa mereka jual di saat situasi-situasi darurat. Makanya kehadiran kemitraan yang dijalin oleh Dompet Dhuafa ini dinilainya sangat bermanaat bagi Bapak Kusnan dan juga warga yang ada di Dusun Sidorejo ini.

Melihat dari Dekat Tebar Hewan Kurban Di Kota Tuban

Dan tahun ini, Dusun Sidorejo ini berhasil memenuhi kuota hewan kurban dari Dompet Dhuafa sebanyak 130 ekor kambing. Dimana dari 130 ekor kambing tersebut, diambil sebanyak 15 ekor untuk dikurbankan dan dibagikan kepada warga miskin yang ada di Dusun Sidorejo ini dan sisanya disebarkan di daerah lain yang ada di Tuban ini.

Saya pribadi melihat langsung bagaimana tata cara penyembelihan Hewan Kurban bersama Dompet Dhuafa ini. Semua dilakukan secara rapi dan teratur. Dimana kambing yang sudah diikat rapi diambil satu per satu lalu difoto bersama nama pemilik hewan kurban tersebut.
Kurbanesia tebar hewan kurban Domapet Dhuafa di Tuban
Prosesi pemotongan hewan kurban bejalan lancar di dusun Sidorejo ini
Selanjutnya, saat disembelih pun panitia akan kembali mengabadikan momen penyembelihan tersebut. Begitu juga dengan momen-momen lain. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa hewan kurban yang dititipkan oleh masyarakat melalui Dompet Dhuafa benar-benar disampaikan kepada warga yang benar-benar membutuhkan.

Dan Kemudian tata cara pemotongan hewan kurbannya pun dilakukan sesuai syar’i atau tata cara yang islami, yaitu diantaranya dengan memotong dengan menggunakan pisau yang sangat tajam, lalu diawali dengan takbir dan bacaan doa serta menyebut nama pemilik hewan kurban ketika akan menyembelih hewan kurban tersebut.
Kurbanesia tebar hewan kurban Domapet Dhuafa di Tuban
Beginilah prosesi yang dilakukan sebelum membagikan hewan kurban ke warga-warga
Kemudian setelah hewan kurban semua selesai disembelih, maka hewan tersebut digantung di tiang panjang secara berjejer supaya memudahkan proses menguliti hewan kurban tersebut. Lalu setelah itu hewan kurban tersebut dipotong per bagian dan dipisahkan antara bagian daging dengan bagian dalam isi perutnya.

Lalu setelah itu, daging dipotong ke dalam bagian yang lebih kecil dan timbang supaya sama rata ukurannya sebelum dimasukan ke dalam plastik-plastik. Dan daging-daging yang ada dalam plastik ini kemudian dibagikan ke warga-warga kurang mampu yang memang membutuhkan.
Kurbanesia tebar hewan kurban Domapet Dhuafa di Tuban
Panitia hewan kurban mendatangi rumah-rumah warga untuk membagikan daging kurban
Saya ikut melihat langsung pembagian daging kurban ke rumah-rumah warga, tampak mereka sangat senang saat menerima daging hewan kurban ini, dan tak sedikit yang mengucapkan terima kasih berkali-kali kepada panitia yang membagikan hewan kurban tersebut. Jujur saya yang melihat pemandangan ini ikut merasa terharu dan juga bahagia. :)

Oh iya, selain melihat langsung prosesi pemotongan dan pembagian daging hewan kurban di Dusun Sidorejo ini, saya juga berkesempatan untuk mengunjungi dua lokasi lainnya yang juga menjadi tempat pembagian daging hewan kurban dari Dompet Dhuafa yaitu Desa Gaji dan Desa Maindu.

Jadi, dari 130 ekor hewan kurban yang ada di Dusun Sidorejo tadi, ternyata sebagiannya dikirim ke Desa Gaji dan Desa Maindu - Montong masing-masing 10 ekor kambing. Lalu sisanya disebar ke beberapa wilayah dengan mayoritas masyarakat miskin di seputaran Tuban ini.
Kurbanesia tebar hewan kurban Domapet Dhuafa di Tuban
Proses pengiriman  dan pemotongan hewan kurban di Desa Gaji dan Maindu, Tuban - Jawa Timur
Desa Gaji dan Desa Maindu ini dipilih sebagai tempat pembagian hewan kurban karena memang kondisi warganya masih ada yang miskin, namun kebanyakan warga di desa-desa ini taraf hidupnya sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dari Dusun Sidorejo yang saya ceritakan di atas. 

Kedua desa ini dulunya merupakan warga binaan dari Dompet Dhuafa juga. Dimana dulu warga di Desa Gaji ini diberikan pendampingan terkait bagaimana membuat dan mendistribusikan batik tulis, sedangkan di Desa Maindu warganya diberi binaan terkait cara beternak kambing yang baik dan benar sehingga bisa menghasilkan hewan ternak yang berkualitas.
Program pembinaan membatik yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa di Desa Gaji

Hal ini juga yang diungkapkan oleh Bapak Mashuri dari Desa Maindu yang mengakui bahwa program Bina Peternak Mandiri yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa sudah memberi banyak manfaat bagi dirinya, bukan saja jadi mengerti tentang bagaimana merawat ternak, pengobatan ternak, memberi pakan yang baik dan benar.
Kurbanesia tebar hewan kurban Domapet Dhuafa di Tuban
Bapak Mashuri dari Desa Maindu yang kini sudah bisa mulai mandiri dan sudah mersakan manfaat dari program Bina Peternak Mandiri bersama Dompet Dhuafa
Tetapi selain itu, Bapak Mashuri juga tak memungkiri bahwa dari sisi ekonomi pun sangat terbantu dengan hadirnya Bina Peternak Mandiri ini. Dan kini Bapak Mashuri selain beternak kambing, ternyata juga sudah beternak sapi. 

Kini warga di kedua lokasi ini dinilai sudah bisa mandiri dan perlahan berdiri di atas kaki mereka sendiri, maka program binaan sudah dihentikan di sini, dimana pogram binaan dari Dompet Dhuafa ini biasanya berlangsung selama tiga tahun atau setelah warga diyakini sudah mampu mandiri maka akan dilepas untuk mandiri. Namun meski begitu, hubungan baik warga dan Dompet Dhuafa tetap terjalin baik meskipun mereka sudah tidak dibina lagi oleh Dompet Dhuafa.

*******

Sungguh senang sekali hati saya saat melihat senyum kebahagian warga yang mendapatkan daging hewan kurban di hari raya Idul Adha tahun ini, dan semoga hal ini juga bisa dirasakan oleh masyarakat lain yang ada di daerah-daerah terpencil lainnya di seluruh Indonesia. Aamiin... 

Dan saya berharap, semoga dengan hadirnya program Tebar Hewan Kurban ini, maka ke depan akan terus memacu semangat KURBANESIA bagi warga yang mampu untuk terus membentangkan kebaikan melalui menebar berkah kurban ke daerah-daerah pelosok sehinga saudara-saudara kita yang kurang mampu bisa benar-benar merasakan secara  nyata nikmatnya daging kurban di hari raya Idul Adha.
Kurbanesia tebar hewan kurban Domapet Dhuafa di Tuban
Sungguh perjalanan yang seru dan penuh inspirasi serta pelajaran hidup
Tak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Dompet Dhuafa yang sudah mengajak saya untuk turun langsung melihat seperti apa jalannya pembagian hewan kurban di Tuban. Sungguh ini adalah pengalaman yang sangat berharga buat saya pribadi, dan sekaligus membuat saya tak berhenti bersyukur setelah berkaca pada kehidupan warga di sana, bahwa Allah sudah sangat baik dengan segala nikmat yang diberikanNya dalam hidup saya selama ini. Alhamdulillah!

Sekali lagi terima kasih Dompet Dhuafa dan sampai jumpa di acara dan perjalanan seru lainnya :)
 

27 comments:

  1. Barakallah sukses ya acaranya, smeoga program-program seperti ini ada setiap tahunnya dan menjangkau masyarakat lebih luas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin... Iya Mba Rani ini programnya bagus bangat ya semoga saja program ini terus ada dan semakin menjangkau banyak lagi masyarakat luas ya Mba, kita doakan bersama ya :)

      Delete
  2. Pengalaman yang berkesan ya mas 😀 solusi dari Bina Peternak Mandiri bisa membantu saudara kita di sana untuk meeayaka idul adha, alhamdulillah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mba Annafi ini program Bina Peternak Mandiri ini bagus untuk membantu saudara-saudara kita yang kurang mampu dan alhamdulillah sejauh ini memberikan kebahagiaan bagi mereka terutama di hari Idul Adha :)

      Delete
  3. Salut buat dompet dhuafa, program2nya bagus dan langsung mengena sasaran ya. Barakallah....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mba Dwina, Dompet Dhuafa ini memang programnya langsung membidik masyarakat yang memang membutuhkan makanya selalu tepat sasaran.

      Delete
  4. Jadi, kota tuak itu asalnya darimana namanya? Eh ini berdua aja ama dzul ya? Mantaabh

    ReplyDelete
    Replies
    1. kayanya karena di sana banyak menghasilkan tuak Mas *Sok tahu hahahah tapi emang iya sih kemarin di sana saya ke temat warga di kasih minuman tuak itu :)

      Iya saya bareng Mas Dzul ke Tubannya Mas

      Delete
  5. Jadi ikut senang lihat ada program seperti ini yang dilakukan Dompet Dhuafa. Jadi ikut mengangkat kehidupan peternak di sana ya, yang manfaatnya juga bisa dirasakan masyarakat. Btw, berarti kemarin lewat Lamongan dong Mas, tempat saya tinggal.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya saya senang bangat bisa ikut lihat langsung salah satu program dari Dompet Dhuafa ini Mba Ika.

      Dan iya benar, program ini membantu bangat bagi peternaknya jadi kehidupan mereka secara ekonomi terbantu bangat.

      Iya Mba saya kemarin lewat Lamongan, tahu gitu kita kopdar ya Mba di Lamongan hehehe

      Delete
  6. Senang dan lega usai baca tulisannya. Semoga yang kurban mendapat pahala yang berlipat ya. Amin....

    ReplyDelete
  7. Realita ya mas, di Jawa, dekat kota besar msh ada daerah seperti itu.
    Dgn penyaluran hewan kurban di sana, apalagi ada pendampingan peternak, moga hidup masyarakat sana bisa lbh baik.

    ReplyDelete
  8. Wah asyiknya bisa ikut ngeliput... semoga makin banyak kaum dhuafa yang terbantu ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Teh Ida, Alhamdulillah bisa ngeliput dan melihat lanngsung kehidupan masyarakat di seputran Tuban :)

      Iya Mba, semoga semakin banyak masyarakat yang terbantuk dengan program dari Dompet Dhuafa ini. Aamiin...

      Delete
  9. Aku kok ya terharu banget sih bacanya, ngebayangin jauh dari keluarga saat idul adha rasanya kutaksangguuup. Semoga perjalanan kali ini membawa hikmah tersendiri ya, Mas. Dan semoga Dompet Dhuafa bisa selalu menebar kebaikan bagi siapa saja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mba, saya sedih bangat saat takbiran di malam itu, kangen bangat sama rumah.

      Tapi dari perjalanan ini saya belajar banyak hal Mba, terutama untuk tidak lupa selalu bersyukur dengan segala nikmat yang saya dapatkan selama ini. Alhamdulillah :)

      Semoga Dompet Dhuafa selalu menebarkan banyak berkah untuk masyarakat luas. Aamiin...

      Delete
  10. MAkin banyak Qurban yang tersalur ke berbagai wilayah merata hingga kepelosok. Akhirnya semua bisa merasakan kebahagiaan dengan menikmati hewan qurban. sungguh membahagiakan sekali

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mas Dony alhamdulillah Dompet Dhuafa berhasil menyebarkan banyak hewan kurban ke berbagai wilayah di Indonesia hingga ke luar negeri. semoga tahun depan bisa lebih luas lagi jangkuannya. Kita doakan saja. Aamiin...

      Delete
  11. Waahh... keren ini dompet dhuafa. Semoga kedepannya makin sukses ya dan makin banyak menebar manfaat kepada orang orangbyang membutuhkan dan yang lebih penting lagi makin banyak orang yg tergerak hatinya mempercayakan Dompet Dhuafa dalam menyalurkan zakat. Aamiin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya Mba Abby, kita doakan semoga Dompet Dhuafa semakin banyak manfaat bagi banyak orang ya Mba. Aamiin...

      Delete
  12. Ceritanya lengkap banget dan perjalanannya seru nih pastinya ya. Senang bisa ngikuti perjalanan Mas Imawan dan semoga semakin banyak orang yang mau mengulurkan tangan untuk berbagi dengan sesama ya. Sukses dan sehat selalu, Mas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Mba Monica, semoga bisa mengambil banyak hikmah dari cerita perjalanan saya bersama Dompet Dhuafa ini ya Mba :)

      Aamiin... semoga Mba Monica juga selalu sehat dan sukses ya Mba. Aamiin...

      Delete
  13. Keren mas awan tulisannya. Gak salah nih jadi pemenang hehehe. Semoga perjalananya berkesan ya mas. Dan gak kapok diajak jalan-jalan ke program DD lagi hehehe. Btw, suasana di Tuban kayaknya gak jauh beda sama di Gunung Kidul. Kering tandus dan masuk banget ke daerah pedalamannnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Mba Annisa :)

      Perjalan saya bersama Dompet Dhuafa bukan hanya berkesan Mba tapi banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan. Dan saya sih ga kapok Mba jalan-jalan sama Dompet Dhuafa semoga diajak lagi ke kota lain heheheh

      Oooh sama ya Mba, tapi emang Dompet Dhuafa pilih lokasinya yang mayoritas warganya hidup di daerah tandus dan kering sehingga bantuannya benar-benar didapatkan oleh orang-orang membutuhkan ya Mba. Salut sama Dompet Dhuafa.

      Delete
  14. masyaALLAH sekarang berqurban ga perlu ragu lagi soal adil merata nya yaa, tinggal ke dompet dhuafa ini, punya peternakan tersendiri juga kan yaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mba Angraini berkurban bersama Dompet Dhuafa ini bagus bangat karena memang ditujukan langsung pada orang-orang yang membutuhkannya.

      Delete