Aku duduk di bangku kayu ini lagi. Di bawah pohon tua yang sudah lama tak meneteskan daun, hanya diam yang bersuara. Sore ini begitu kosong, nyaris tak bernyawa, seperti aku setelah kau patahkan.
Dulu, kita pernah duduk di sini. Tertawa karena hal-hal sepele. Mengukir nama kita di kulit pohon, seolah cinta kita akan tumbuh seteguh batangnya. Bodohnya aku percaya, padahal kau hanya sedang menanam dusta.