Stunting Mengancam Anak Bangsa



 
Stunting itu apa? Serius saya benar-benar tidak tau loh. Saya baru dengar kata itu, dan saya merasa benar-benar kudet bangat. Tapi emang teman-teman ada yang pernah dengar kata ‘Stunting’ sebelumnya?

Tapi memang sih, istilah stunting ini memang belum tenar, saya tanya beberapa orang teman juga banyak yang tidak tahu bahkan juga baru dengar istilah ini. dan itu artinya stunting ini memang mungkin masih terdengar asing di telinga sebagian masyarakat Indonesia.


Tapi apa itu stunting?

Jadi di acara #NgobrolTempo yang saya hadiri beberapa waktu yang lalu (24/01), saya menghadiri acara #NgobrolTempo tentang bagaimana stunting mempengaruhi tumbuh kembang seorang anak, yang bertempat di Restaurant Bunga Rampai, Menteng - Jakarta Selatan.

Tempo dengan dukungan Millennium Challenge Account – Indonesia (MCA – Indonesia) mengadakan acara ini karena merasa permasalahan stunting ini adalah masalah serius dan perlu diketahui oleh masyarakat luas. Dan hadir dalam talkshow ini Bapak Fasli Jalal selaku Pakar Gizi yang juga dduk dalam Dewan Pembina Perhimpunan Gizi Medik Indonesia (PDGMI), Ibu Sri Enny Hartati selaku Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) serta Bapak Yanuar Nugroho selaku Deputi II Kepala Staff Kepresidenan, serta Bapak Iing Mursalin selaku Direktur Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Stunting (PKGBM) MCA – Indonesia.
Talkshow tentang mencegah Stunting bersama para narasumber
Jadi stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. dan biasanya stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.

Masalah kurang gizi kronis atau stunting ini bukan masalah sepele, hal ini adalah masalaha besar yang harus segera ditangani serius, sebab menurut data WHO, ternyata Indonesia menduduki peringkat ke 5 dengan jumlah anak dengan kondisi stunting di dunia. Lebih dari sepertiga anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia tingginya berada di bawah rata-rata. Bahkan, kasus stunting di Indonesia semakin meningkat. Pada 2013 persentase penderita stunting sebesar 37,2 persen.

Bahkan diakui oleh Bapak Fasli Jalal selaku Pakar Gizi yang juga dduk dalam Dewan Pembina Perhimpunan Gizi Medik Indonesia bahwa “Stunting berpotensi mengancam generasi mendatang menjadi generasi yang hilang. Kekurangan gizi pada usia dini dapat meningkatkan angka kematian untuk bayi dan anak, mudah terserang penyakit dan kerja otak yang tidak optimal sehingga menurunkan kemampuan kognitif.”


Apa sih dampak Stunting?
Stunting merupakan indikasi kurangnya asupan gizi, baik secara kuantitas maupun kualitas, yang tidak terpenuhi sejak bayi, bahkan sejak dalam kandungan. Kondisi ini menyebabkan anak memiliki tinggi badan cenderung pendek pada usianya. Selain tubuh pendek, stunting juga menimbulkan dampak lain, baik dampak jangka pendek maupun jangka panjang.

Untuk dampak jangka pendek, ternyata anak-anak tersebut akan mengalami perkembangan yang terhambat, penurunan fungsi kognitif, penurunan fungsi kekebalan tubuh, dan gangguan sistem pembakaran. Sedangkan dampak jangka panjangnya, Stunting pada masa dewasa, timbul risiko penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, jantung koroner, hipertensi, dan obesitas.

Selain itu stunting yang tinggi juga diperkirakan akan merugikan perekonomian bangsa dalam jangka panjang. Bahkan menurut studi Grantham-McGregor (2007) mengatakan bahwa anak yang mengalami stunting berpotensi memiliki penghasilan yang lebih rendah sekitar 20% dibandingkan anak yang tumbuh optimal.

Bahkan Ibu Sri Enny Hartati mengatakan bahwa “UNICEF memperkirakan stunting juga bisa menyebabkan Pendapatan Domestik Bruto merosot 3%, sedangkan analisis Qureshy tahun 2013 menyebutkan stunting dapat merugikan Indonesia sampai Rp. 300 triliun per tahunnya.  

Jadi kebayangkan bagaimana fatalnya akibat stunting ini? makanya perlu penanganan serius agar masalah ini tidak terus berlanjut, sebab masa depan bangsa ini tergantung dari anak-anak yang harus tumbuh sehat untuk masa depan.


Adakah harapan untuk memperbaiki anak yang terkena stunting?
Iya, masih ada harapan bagi kita untuk bisa diperbaiki anak-anak yang terkana stunting ketika masa pubertasnya, tapi ini tergantung bagaimana orangtua memaksimalkan asupan nutrisinyanya.

Tapi alangkah lebih baik jika, jika stunting ini bisa dicegah sejak dini, mulai dari dalam kandungan hingga masa periode emas pertumbuhan anak. Untuk itu, berikut ini tips mencegah stunting:
  • Penuhi kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil dengan memberikan makanan yang cukup gizi, suplementasi zat gizi (tablet zat besi atau Fe), dan harus mengecek kesehatan secara rutin. 
  •  Berikan anak-anak kita ASI eksklusif sampai umur 6 bulan, dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya.
  • Jangan lupa untuk perhatikan maslah air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan.
  • Ketika bayi berusia tiga tahun atau anak sudah bisa makan, maka dianjurkan untuk mengkonsumsi 13 gram protein yang mengandung asam amino esensial setiap hari, yang didapat dari sumber hewani, yaitu daging sapi, ayam, ikan, telur, dan susu.
  • Jangan lupa untuk rutin mengukur tinggi badan dan berat badan anak setiap kali memeriksa kesehatan di Posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak serta mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan.

Yook, mari kita bersama untuk mencegah stunting ini, agar anak-anak kita sebagai generasi bangsa ini bisa tumbuh sehat agar bisa meningkatkan daya saing bangsa ke depannya.


Mari Ciptakan Bibit Unggul Penerus Bangsa Tanpa Stunting.”

2 comments:

  1. Aku sering mendengar istilah STUNTING dalam minggu2 ini, karena sering diperbincangkan baik di medsos ataupun saat melihat berita di TV. Miris ya Indonesia menduduki peringkat ke -5 padahal Indonesia kaya dan berlimpah sayuran dan buah-buahan. Seperti yang terjadi di suku asmat papua, banyak yang STUNTING dan meninggal dunia :(

    Edukasi ini harus digalakkan demi Indonesia sehat bebas STUNTING!

    ReplyDelete
  2. Ngeri stunting, ibu harus aware ngecek bagaimana pertumbuhan anak apakah sudah sesuai dengan masanya, soalnya itu bersifat irreversible

    ReplyDelete