Beku dalam Dada




Kamu pernah jadi permata di mataku,
Kupernah runtuh dalam pelukan yang kau cipta dari kata,
tapi kini,
tak ada lagi getaran
bahkan saat kau menyebut namaku
dengan nada yang dulu mampu
membuatku lupa caranya marah.

Aku telah menjadi musim
yang tak lagi peduli pada langit,
menjadi laut
yang tak bergelombang saat badai memanggil,
karena hatiku—
telah menutup jendela pada cahaya yang kau tawarkan
dan tak berniat membukanya lagi.

Bukan dendam,
bukan luka yang belum sembuh,
hanya…
segala rasa telah gugur,
seperti daun yang jatuh karena waktunya,
bukan karena angin memaksanya pergi.

Kau masih bisa bicara,
masih bisa tertawa,
tapi tak satu pun nadamu
menggetarkan yang beku di dalam dada.
Aku mendengarmu—
seperti batu mendengar air jatuh di atasnya:
terkena, tapi tak tersentuh.

Dan begitulah aku kini:
tak marah, tak rindu, tak juga berharap.
Hanya hening.
Bagiku semua telah selesai,
Rasaku padamu telah mati.


No comments:

Post a Comment