Tatap yang Menyulut Semesta




Aku tak pernah menyiapkan hati
untuk perjumpaan seajaib itu…
di antara hiruk napas dunia,
kau hadir seperti jeda
yang menenangkan seluruh gemuruh waktu.

Seketika, segala warna berbaur,
namun wajahmu menetap paling jelas
di sudut mataku yang gemetar,
seolah dunia bersekongkol
menjadikanmu satu-satunya pusat semesta.

Ada sesuatu dalam caramu menatap,
tidak, bukan sekadar mata,
tapi jendela yang membuka langit
dan mengundang jiwaku untuk tinggal di sana.

Aku, yang tak pandai menamai rasa,
hanya tahu dadaku tiba-tiba riuh,
seperti rindu yang lahir
tanpa pernah punya masa lalu.

Mungkin beginilah cinta itu,
bukan tumbuh…
tapi tersulut,
seketika,
dan sejak saat itu, aku tahu,
Hatiku hanya ingin kamu saja.

No comments:

Post a Comment