Cegah Stunting Selalu Penting Demi SDM Berkualitas



Kesehatan anak adalah hal paling penting bagi orang tua, namun pada kenyataannya, tak sedikit anak yang mengalami berbagai permasalahan kesehatan, seperti anak yang mengalami kurang gizi atau stunting dan anak kelebihan gizi atau obesitas.

Dan sampai saat ini, kondisi anak yang mengalami stunting ataupun obesitas masih menjadi permasalahan serius di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, karena permasalahan tersebut berdampak pada masa depan generasi penerus bangsa nantinya.

Maka dari itu, pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk menekan pertumbuhan angka stunting dan juga obesitas melalui berbagai kegiatan, agar masyarakat semakin sadar bahwa permasalahan stunting dan obesitas adalah permasalahan serius yang harus segera diatasi.

Untuk itu, pada momentum peringatan Hari Gizi Nasional ke-62 yang jatuh pada 25 Januari 2022 ini, tema yang diangkat adalah “Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas”. Dan tema tersebut dipilih sebagai upaya untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menghadapi tantangan akibat stunting dan obesitas.

Sebab pada tahun 2024 mendatang diharapkan prevalensi stunting pada anak turun menjadi 14% dan obesitas dewasa ditargetkan bisa mencapai di angka 21,8%. Tetapi hingga tahun 2021 prevalensi stunting pada anak masih 24,4%.

Untuk mewujudkan hal tersebut bukanlah masalah yang mudah. Maka dari itu, sangat diperlukan kerjasama semua pihak, baik itu pemerintah, swasta, dan juga berbagai pihak lainnya untuk saling berkolaborasi agar prevalensi stunting dan obesitas ini bisa cepat diturunkan.



Cegah Stunting Selalu Penting Terutama Pada 1000 HPK

Maka dari itu, kemarin (03/02/2022), Direktorat Gizi Mayarakat Kemenkes Republik Indonesia mengadakan webinar dengan tema “Cegah Stunting Selalu Penting” sebagai upaya untuk mengajak semua pihak untuk saling bekerja sama dalam mengatasi ancaman stunting agar peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) bisa terwujud.

Kehadiran stunting ini masih menjadi perhatian serius, karena keberadaanya sangat memberi pengaruh bagi kualitas kesehatan generasi muda Indonesia di masa yang akan datang baik untuk jangka panjang ataupun jangka pendek.


Untuk itu, dalam sambutannya Dr. Dhian P. Dipo selaku Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes menyampaikan bahwa “Permasalahan yang timbul akibat stunting tidak melulu anak menjadi pendek, akan tetapi ada permasalahan gangguan kognitif, dan jika tidak ada perbaikan gizi yang baik, maka generasi 20 tahun mendatang tidak akan bisa menjadi pemimpin.”

Maka dari itu, permasalahan stunting ini harus menjadi perhatian serius, karena gangguan perkembangan anak akibat stunting ini disebabkan oleh kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) yang berlangsung lama pada anak yaitu mulai pada masa kehamilan sampai anak berusia 2 tahun.

Pemenuhan gizi seimbang yang tepat pada periode emas 1000 hari pertama kehidupan ini akan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak secara jangka panjang hingga mereka dewasa, sehingga kelak mereka bisa menjadi pribadi yang sehat dan juga cerdas sebagai generasi penerus bangsa ini nantinya.


Untuk itu, Ibu Ida Budi G. Sadikin selaku Penasehat DWP Kemenkes, saat membuka jalannya webinar Cegah Stunting Selalu Penting ini juga mengatakan bahwa masih tingginya prevalensi stunting tentu mempengaruhi tingkat intelektual anak-anak pada saat mereka dewasa.

Dimana bila intelektual ini menurun, maka produktivitas dan daya saing pun akan ikut menurun. Tentu hal ini akan mengurangi dampak bonus demografi di Indonesia, dimana seharusnya sepuluh tahun ke depan Indonesia sudah dapat menjadi negara maju.

Maka dari itu, pemenuhan gizi anak sangat penting diperhatikan oleh orang tua terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan anak, karena hal itu memiliki peranan penting dalam pemenuhan gizi anak sehingga membuat anak bisa tumbuh sehat dan terbebas dari stunting.


Pentingnya PMBA dengan  Gizi Seimbang 

Dan untuk mengupas lebih jauh terkait stunting ini, maka dalam acara webinar Cegah Stunting Selalu Penting ini hadir beberapa narasumber yaitu ada Ibu Ninik Sukotjo (Nutrition Specialist UNICEF Indonesia), Ibu Andriyani Wagianto (Nutrition & Head Leader Unilever), Ibu Fransisca Wulandari (Tanoto Foundation), dan dipandu oleh Bapak Akim Dharmawan sebagai moderatornya.

Para narasumber talk show Cegah Stunting Selalu Penting

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa terjadinya stunting disebabkan kurangnya gizi pada anak terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. Untuk itu, Ibu Ninik Sukotjo menuturkan bahwa sangat penting bagi kita untuk melakukan pemberian makan bayi dan anak (PMBA) secara optimal untuk cegah stunting ini.

Dimana menurut data global, bahwa angka stunting meningkat secara cepat pada usia 6 - 23 bulan. Dimana kenaikan ini disebabkan karena biasanya anak sudah diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI. Dan di situlah sering terjadi terhambatnya pertumbuhan karena pemberian zat gizi yang kurang optimal.

Untuk itu, pemberian makanan bayi dan Anak (PMBA) sangat penting diperhatikan kebutuhan gizi untuk anak usia 0 – 23 bulan sangat tinggi, karena disebabkan anak memasuki periode pertumbuhan yang pesat, yaitu akan terjadi pertumbuhan otak hingga 75% ukuran otak dewasa dan lebih dari 1 juta koneksi saraf dibentuk setiap detiknya.

Selain itu, pada usia ini juga berat badan anak akan bertambah 4x lipat dengan tinggi badan meningkat sebanyak 75%. Itulah alasannya mengapa di usia ini perlu adanya strategi pemberian makanan bayi dan Anak (PMBA) yang tepat, agar tidak terjadi kekurangan gizi yang bisa menyebabkan stunting.


Untuk itu, rekomendasi pemberian makanan bayi dan Anak (PMBA) usia 6 – 23 bulan melalui strategi PMBA antara lain dengan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan, memberikan makanan pendamping (MPASI), dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia dua tahun atau lebih.

Jadi, setelah bayi berusia enam bulan, ternyata ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, sehingga perlu makanan tambahan atau MPASI. Namun perlu kita ingat, bahwa pemberian MPASI yang terlalu dini atau kurang dari 6 bulan akan meningkatkan risiko kontaminasi patogen ASI, dan sebaliknya pemberian MPASI yang terlambat membuat bayi tidak mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak.


Peran Unilever Mengedukasi Masyarakat Tentang Gizi Seimbang

Seperti yang sudah disinggung di atas, bahwa dalam mengatasi stunting ini butuh kerjasama semua pihak, karena seperti peribahasa bilang “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing” yang artinya jika kita melakukannya secara bersama-sama, maka bukan hal mustahil masalah stunting ini bisa segera teratasi.

Untuk itu, Unilever sebagai sebagai salah satu perusahaan multinasional yang memproduksi makanan dan minuman merasa terpanggil untuk turut membantu masalah stunting ini, dengan ikut serta dalam mengedukasi masyarakat agar bisa mendapatkan makanan dan minuman yaang bergizi seimbang.


Hal itu disampaikan oleh Ibu Andriyani Wagianto selaku Nutrition & Head Leader Unilever menuturkan bahwa Unilever berinisiatif untuk menjadikan produknya memiliki nutrisi berstandar WHO, dan 87% produk Unilever sudah selaras dengan standar WHO.

Dimana beberapa contohnya, yaitu seperti melakukan mengurangi pemakaian gula sebanyak 30% pada produk kecap, membatasi kalori gula dan lemaknya pada produk es krim anak, jus dengan kandungan buah asli yang difortifikasi dengan vitamin C 100% kebutuhan harian, menggunakan bahan herbal seperti jahe kunyit dalam teh, dan lain sebagainya.

Selain itu, inisiatif Unilever dalam perbaikan nutrisi dan stunting adalah dengan menciptakan kebiasaan pola makan yang baik dan hidup bersih melalui berbagai kegiatan, seperti melalui program Ibu dan Balita & Komunitas Sehat, program Sekolah dan Pesantren Sehat, Unilever Brightfuture, dan juga program Nutrimenu.

Program Nutrimenu Unilever sesuai Isi Piringku

Untuk program Nutrimenu ini sendiri, ternyata merupakan inisiatif dari salah satu brand Unilever yang diluncurkan sejak 2019 silam. Bekerjasama dengan mitra strategis, program Nutrimenu ini bertujuan untuk memberikan edukasi dan membangun kebiasaan keluarga Indonesia dalam memasak dan mengonsumsi makanan yang lezat dan bergizi seimbang sesuai panduan Kementerian Kesehatan dalam program “Isi Piringku”.

Dimana menurut penelitian yang dilakukan oleh IPB University pada tahun 2019 di Kabupaten Garut menunjukkan bahwa program Nutrimenu telah meningkatan perilaku ibu secara signifikan, dilihat dari aspek pengetahuan, sikap dan praktik memasak dan mengonsumsi makanan sesuai panduan Isi Piringku yang semakin membaik.

Sehingga dengan adanya program Nutrimenu ini maka memberikan tiga keuntungan utama, yaitu makanan dan minuman menjadi lebih lezat dan disukai oleh anak-anak, namun harganya tetap terjangkau dan nutrisi yang terkandung di dalamnya tetap jaga dengan baik.

Nah, program Nutrimenu ini menghadirkan 42 resep makanan yang disusun oleh Chef dan nutritionis dengan mempertimbangkan cita rasa, harga, dan kandungan gizi untuk 21 hari, yaitu ada 21 resep lauk-pauk dan 21 resep sayur yang bisa memudahkan para Ibu rumah tangga dalam menyiapkan makanan yang bernutrisi bagi buah hatinya. Dan program Nutrimenu telah berhasil menjangkau lebih dari 1 juta Ibu dan remaja sejak tahun 2019.


Upaya Tanoto Foundation Bantu Atasi Stunting

Sama halnya dengan Unilever, Tanoto Foundation yang merupakan organisasi filantropi keluarga independen yang didirikan oleh pengusaha Indonesia (Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei) ini pun berkomitmen untuk turut membantu dalam pencegahan stunting di Indonesia.

Seperti yang dituturkan oleh Ibu Fransisca Wulandari bahwa Tanoto Foundation berkomitmen untuk meningkatkan kualitas manusia sedini mungkin melalui program Early Childhood Education & Development (ECED) yang dilakukan pada berbagai daerah, maupun komunitas untuk membantu pemerintah menurunkan prevalensi stunting di Indonesia.

Dimana dalam hal ini Tanoto Foundation mendukung pelaksanaan program percepatan penurunan stunting dengan menerapkan program Human Development Worker (HDW) dan penyusunan petunjuk teknis penyusunan strategi komunikasi perubahan perilaku.


Jadi, Tanoto Foundation juga telah membantu penyusunan modul Pencegahan dan Penanganan Stunting yang akan digunakan oleh para Pendamping Keluarga Harapan (PKH) untuk meningkatkan pemahaman dan perubahan perilaku keluarga penerima manfaat PKH untuk mencegah stunting.

Selain itu, untuk membantu pemerintah tingkat kabupaten atau kota dalam percepatan pencegahan stunting, Tanoto Foundation di 2021 juga melakukan pendampingan teknis di beberapa kabupaten untuk menyusun, mendalami, memetakan, dan menerapkan strategi komunikasi perubahan perilaku pencegahan stunting agar laju stunting bisa terus menurun dari tahun ke tahun.

Salah satu contohnya adalah bagaimana cara membuat anak umur 12-23 bulan dapat makan sayur, buah dan ikan dengan cara yang menyenangkan dan interaktif di daerah Kalimantan Selatan. Maka prototipe yang dilakukan untuk menjawab tantangan tersebut dengan membuat “Buku Resep” yang secara mandiri para ibu membuat buku resep dari resep masakan mereka sendiri.


Dan masih banyak cara lain yang dilakukan oleh Tanoto Foundation untuk memberikan edukasi dan solusi atas segala permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di masing-masing daerah yang didatanginya, sehingga mampu membantu meningkatkan pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana menyediakan makanan yang berkualitas bagi bayi dan anak-anak sehingga mereka tumbuh sehat dan bebas dari stunting.

*****

Semoga upaya seperti yang dilakukan oleh Unilever,  Tanoto Foundation dan berbagai pihak dalam mengatasi stunting ini bisa ditiru oleh semakin banyak pihak lain, sehingga semakin banyak pula yang peduli untuk turut serta dalam upaya penanggulangan masalah stunting di negeri ini.

Ya, tidak ada yang tidak mungkin bila kita mau bersama-sama berusaha mengatasi masalah stunting ini, karena semakin banyak kita yang saling berkolaborasi untuk mengatasi stunting ini, maka bukan hal yang mustahil, angka stunting di Indonesia bisa cepat berakhir, dan ke depannya, Indonesia bisa mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas tanpa stunting lagi.


No comments:

Post a Comment