Ketika Kuharus Merelakamu Pergi


Anak-anaku,
Rasanya baru kemarin kumelihat mu pertama kali melangkah masuk dari gerbang sekolah ini, Mengembangkan senyum manis bersama asa yang menggebu, Membawa keriangan yang mengisi cawan-cawan waktu,
Hingga sepi tak pernah berpesata di sini.

Anak-anakku,
Namun tak terasa waktu begitu cepat berlari, waktu benar-benar tak pernah bisa diajak berkompromi, ia berpacu, melesat kencang bagai peluru, tak ada kuasa untuk menghentikannya, hingga tak terasa kini sudah tiga tahun kebersamaan kita di sini menguntai banyak cerita.

Anak-anakku,
Masih ingatkah kalian dengan segala tingkah yang kalian lakukan di sini? Belajar tapi terkadang malas-malasan, datang telat dan pulang cepat, lebih memilih tidur di kelas dan tak jarang bolos sekolah.Bercanda dan hanya main-main lalu berlarian ke kantin. Dan bersorak tanpa pamit ketika bel pulang berbunyi.

Bukan, bukan itu saja. Bahkan kalian sering kali terlena dengan canda kala gurumu tulus mendidik. Kalian kadang tak santun ketika gurumu sedang ikhlas mengasuh.  Kalian bahkan acuh kala gurumu semangat memotivasi. Bahkan kalian kadang tak hiraukan kala gurumu dengan bijak menasehatimu.

Dan tahukah kalian?
Meski banyak tingkah dan ulah yang kalian berikan, tapi gurumu tak pernah menyimpan kesal dan amarah, justru di sepanjang waktu, tak siang, tak malam, gurumu tetap  terus melangitkan doa untuk meminta segala kebaikan dan kesuksesan untuk mu anak-anakku.

Anak-anakku,
Perlu kalian tahu, kami begitu tulus hadir untuk mendidikmu, tak pernah terbersit sedikitpun peluh ini mengharap imbalanmu. Tak ada permintaan yang inginku bebankan kepadamu, tak ada balasan apapun yang kuharapkan darimu, tak ada hadiah mewah yang kuinginkan darimu. Tidak ada, karena kami tulus hadir untukmu, sebab kami menyayangimu dengan segenap jiwa.

Anak-anakku,
Kami percaya kehadiranmu adalah anugerah. Dan keberadaan kalian menghiasi waktu kami adalah kebahagiaan yang tak terhitung. Sebab tak ada angka yang mampu menjumlahkannya betapa beruntungnya kami bisa mendidik kalian semua hingga sampai di titik ini.

Dan jujur, tak ada kata yang bisa merangkai segala rasa yang berkecamuk saat ini di hati kami: bahagia, bangga, terharu dan sekaligus sedih bercampur jadi satu. Sejujurnya hati ini tak ingin berpisah, sungguh berat rasanya mengucapkan selamat jalan, tapi waktu memaksa kita untuk menyudahi segala kebersamaan yang pernah ada.

Anak-anakku,
Kalian adalah kebanggaan yang tak terhingga yang pernah kami punya, jangan pernah berhenti untuk berjuang, teruslah mengepakan sayapmu hingga jauh, raihlah cita-citamu setinggi langit, rengkuhlah segala mimpimu menjadi nyata, agar segala jerih dan peluh kami tak menjadi sia-sia.

Anak-anakku,
Kumelepaskanmu, dengan segenap peluk cium dan doa tulus. Selamat jalan anak-anak kesayanganku.  Selamat merangkai impian indahmu. Dalam gemuruh haru kumelepas kepergianmu bersama doa yang tak hentiku panjatkan, semoga kelak kita bisa bersua lagi, dalam jumpa dan suasana yang lebih bahagia lagi.


*Jakarta, 20 April 2019*
Puisi ini direquest sepupu saya untuk acara perpisahan kelas 3 di sebuah SMA di Bima-NTB. Semoga bisa menghibur. :)



No comments:

Post a Comment