Mengejutkan! Inilah Hasil Penelitian YAICI Terkiat Kental Manis Pada Anak


Kehadiran pandemi yang begitu panjang membuat kehidupan kita menjadi begitu berat, karena semua sektor kehidupan kita terkena imbasnya, termasuk sektor ekonomi masyarakat menjadi semakin terpuruk. Maka tidak heran, bila begitu banyak orang yang akhirnya mengalami kemiskinan. 

Kondisi ini tentu berdampak pada banyaknya masyarakat yang menjadi kelaparan, sehingga banyak orang tua yang akhirnya asal memberikan makanan dan minuman kepada anak-anaknya dengan berprinsip “makan asal kenyang” dari pada anaknya kelaparan. 

Mereka tak lagi memperhatikan kandungan gizi dari makanan atau pun minuman yang mereka berikan kepada buah hatinya, sehingga membuat anak-anak menjadi rentan mengalami berbagai penyakit karena makanan yang mereka konsumsi tidak mengandung nutrisi dan gizi yang baik bagi tumbuh kembang mereka. 

Padahal, asupan makanan yang baik dengan gizi seimbang dipercaya bisa membantu tumbuh kembang anak menjadi lebih sehat dengan sistem kekebalan tubuh (imun) menjadi semakin kuat, sehingga tidak akan mudah diserang berbagai penyakit. Dan salah satu cara untuk membentuk imunitas anak menjadi kuat adalah dengan memberikan susu.


Berikan Susu Sesuai Usia Anak  

Ya, meskipun situasi sedang sulit seperti saat ini, namun orangtua tetap harus memberikan susu yang terbaik bagi anak-anaknya. Sebab susu dipercaya mempunyai banyak kandungan nutrisi yang baik bagi untuk mendukung imunitas anak, seperti kalsium, protein, lemak, serta vitamin B1 dan C yang baik bagi untuk menjaga daya tahan tubuh anak sehingga bisa tumbuh sehat.

Namun memberikan susu pada anak-anak tidak boleh sembarangan, para orangtua harus memberikan susu yang tepat setiap tahapan usia anak, karena setiap tahapan usia anak memiliki kebutuhan susu yang berbeda untuk tumbuh kembangnya. 

Hal ini juga yang dijelaskan oleh Dr. Tria Astika Endah Permatasari selaku Dosen Prod. Gizi, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, dalam acara konferensi pers yang diselenggarakan oleh YAICI, PP Muslimat NU dan PP Aisyiyah dengan tema “Iklan dan Tayangan TV Sebabkan Ibu Memberikan Kental Manis untuk Minuman Anak” pada tanggal 11 Desember 2020 kemarin secara virtual. 

Para narasumber yang hadir dalam konferensi pers terkait pemaparan hasil penelitian dari YAICI

Dan Dr. Tria Astika pun menjelaskan bahwa pemberian susu untuk anak itu harus disesuaikan dengan kategori usia anak. Apalagi untuk anak-anak masih yang baru lahir, maka pemberian ASI tentu menjadi pilihan yang sangat baik bagi bayi. 

“Untuk usia 0-6 bulan, berikan ASI ekslusif, karena zat gizi yang dibutuhkan anak usia 0-6 bulan pertama tersebut, ada pada ASI,” Ujar Dr. Tria Astika. 

Lebih lanjut, dr Tria juga menyebutkan bahwa setelah usia 6 bulan, maka orangtua bisa memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) karena hal ini pun penting untuk membantu tumbuh kembang anak untuk menjadi semakin maksimal. 

Selain itu, organisasi kesehatan dunia (WHO) pun menganjurkan anak dapat diberikan susu tambahan karena mengandung banyak zat gizi dan mikronutrient yang diperlukan dalam tumbuh kembang anak seperti fosfor dan kalsium. 

Namun, yang perlu diingat adalah tidak semua susu baik untuk dikonsumsi anak. Dimana salah satu jenis produk susu yang sebaiknya tidak diberikan kepada anak terutama bayi dan balita adalah susu kental manis (SKM). 

“Kental manis sebetulnya bukan susu, dilihat dari tabel kandungan gizi, kental manis memiliki kandungan karbohidrat paling tinggi yaitu 55% per 100 gram, sehingga tidak dianjurkan untuk balita.” Ujar Dr. Tria. 

Dan anak kecil, apalagi bayi dan balita dilarang mengkonsumsi kental manis karena bisa beresiko mengalami undernutrition dan juga overnutrition. “Undernutrition atau gizi kurang apabila orangtua merasa anak sudah cukup gizi hanya dengan konsumsi kental manis saja, lalu lupa atau tidak memperhatikan asupan gizi lainnya. Sementara overnutrition apabila anak mengkonsumsi kental manis, dengan porsi yang banyak dan juga konsumsi makanan lainnya seperti snack dan cemilan tidak terkontrol,” jelas Tria. 

Selain itu, dampak dari pemberian kental manis yang berlebihan ini bisa sangat fatal bagi anak seumur hidupnya, bukan hanya berimbas saat masih kecil saja, namun juga berdampak hingga tuanya, karena bisa memicu hadirnya beragam penyakit berbahaya, sebut saja obesitas, penyakit jantung, diabetes, hepertensi dan lain sebagainya. 

Dan lebih lanjut lagi, Dr. Tria juga mengungkapkan bahwa dari beberapa penelitian yang dilakukan akademisi pada 2019, yang dilakukan di Potong Lintang di salah satu kecamatan di Jabar, ternyata dari 122 responden balita, anak-anak yang mengonsumsi krimer kental manis lebih dari 1 gelas per hari lebih berisiko mengalami berat badan kurang dibandingkan dengan anak yang mengonsumsi kurang dari jumlah tersebut. 


Hasil Penelitian YAICI Terkait Persepsi Masyarakat Tentang Kental Manis 

Senada dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh YAICI, PP Muslimat NU dan PP Aisyiyah tentang Persepsi Masyarakat Tentang Kental Manis pada 2020 juga menunjukan hasil yang serupa. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Arif Hidayat SE., MM selaku Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), Ibu Dra. Chairunnisa M.Kes selaku Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah dan juga Ibu Dr. Erna Yulia Soefihara selaku Ketua Bidang VII – PP Muslimat NU dalam acara konferensi pers yang berlangsung secara virtual pada 11 Desember 2020 yang lalu. 

Dimana penelitian ini sudah dilakukan di 5 Propinsi yang terdiri dari propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, NTT dan Maluku dengan total responden yang terlibat adalah 2.068 ibu yang memiliki anak usia 0 – 59 bulan atau 5 tahun. 

Dari hasil penelitian dengan teknik random sampling representative ini ditemukan ternyata ada 28,96% dari total responden mengatakan kental manis adalah susu pertumbuhan, dan ada sebanyak 16,97% ibu yang memberikan kental manis untuk anaknya setiap hari. 

Mengejutkan, ternyata 1 dari 4 balita meminum kental manis setiap harinya

Dan hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa 1 dari 4 anak meminum kental manis setiap harinya. Angka ini tentu sangat mengejutkan, karena ini menunjukan bahwa begitu banyak orangtua yang salah kaprah dalam memberikan kental manis sebagai minuman susu yang dikonsumsi setiap hari oleh anaknya.

Dimana kategori usia yang paling banyak mengkonsumsi kental manis adalah anak usia 3 – 4 tahun sebanyak 26,1%, menyusul anak usia 2 – 3 tahun sebanyak 23,9%. Sementara konsumsi kental manis oleh anak usia 1 – 2 tahun sebanyak 9,5%, usia 4-5 tahun sebanyak 15,8% dan 6,9% anak usia 5 tahun mengkonsumsi kental manis sebagai minuman sehari-hari. 

Dan dampak dari pemberian kental manis pada anak ini dilihat dari kecukupan gizi, ternyata ada 13,4% anak yang mengkonsumsi kental manis mengalami gizi buruk, 26,7% berada pada kategori gizi kurang dan 35,2% adalah anak dengan gizi lebih. 

Melihat data tersebut tentu membuat kita khawatir, karena ternyata masih banyak ibu yang salah memberikan kental manis sebagai susu pada anak-anaknya. Padahal jelas-jelas kental manis bukanlah kategori susu yang bisa diberikan kepada anak-anak. 

Dan dari hasil survey tersebut diketahui bahwa sumber kesalahan persepsi ibu ini disebabkan oleh media, baik TV, majalah/ koran dan juga sosial media sebanyak sebanyak 48% ibu mengakui mengetahui kental manis sebagai minuman untuk anak. Sedangkan 16,5% ibu mengatakan informasi tersebut didapat dari tenaga kesehatan. 

Maka dari itu, diakui oleh Bapak Arif Hidayat bahwa “Dari masih tingginya persentase ibu yang belum mengetahui penggunaan kental manis, terlihat bahwa memang informasi dan sosialisasi tentang produk kental manis ini belum merata, bahkan di ibukota sekalipun.” 

Hal ini juga yang diakui oleh Ibu Chairunnuisa selaku Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah mengatakan bahwa media sangat memiliki peran penting di dalam memberikan persepsi kepada masyarakat, termasuk dalam hal ini edukasi terkait kental manis. 

Sebab tidak bisa dipungkiri, media adalah salah satu sumber informasi yang bisa menjadi sarana edukasi bagi masyarakat, maka segala informasi yang ditampilkan melalui media, baik itu media elektonik ataupun media cetak haruslah memberikan informasi yang benar, supaya masyarakat tidak salah persepsi seperti kasus kental manis ini. 

Kental manis bukanlah susu sehingga tidak cocok dikasihkan kepada bayi atau balita.

Sedangkan Ibu Erna Yulia Soefihara selaku Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU mengatakan bahwa ia dan kadernya di seluruh Indonesia mencoba untuk merubah persepsi bahwa kental manis itu bukanlah susu yang bisa diminum untuk balita. 

Tapi beliau mengakui bahwa hal ini memang sangat sulit, karena masyarakat sudah begitu lama terdokrin bahwa kental manis ini adalah susu dan itu sehat, sehingga menjadi kebiasaan di masyarakat, dimana setelah lepas ASI mereka tidak menggantikan dengan susu untuk anak, tapi justru memberikan kental manis. 

Namun selain itu, alasan para orangtua yang memberikan kental manis sebagai pengganti susu pertumbuhan pada anak-anaknnya karena menilai kental manis memiliki harga yang jauh lebih terjangkau, bahkan bisa dibeli yang ukuran saschetan yang harganya jauh lebih murah. 


Stop Memberikan Kental Manis Pada Anak 

Melihat hasil survey di atas tentu membuat kita merasa sangat miris, karena ternyata masih begitu banyak masyarakat kita yang memberikan kental manis kepada anak-anak mereka. Padahal dampak dari pemberian kental manis pada anak-anak ini benar-benar sangat fatal bagi tumbuh kembang sang anak. 

Untuk itu, maka masalah ini harus secepatnya diatasi, sebab seperti yang diakui oleh Bapak Arif Hidayat (Ketua Harian YAICI) bahwa pentingnya persoalan kental manis tidak hanya sebatas mencukupi gizi anak, namun juga potensi kerugian yang dialami negara akibat stunting bisa mencapai 2 persen sampai 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya. 

Stop memberikan kental manis sebagai pengganti susu atau ASI pada anak-anak 

“Ini angka yang besar sekali. Kita lihat PDB 2019 sebesar Rp 15.833,9 triliun, maka kerugian stunting bisa mencapai Rp 474,9 triliun. Jumlah itu mencakup biaya mengatasi stunting dan hilangnya potensi pendapatan akibat rendahnya produktivitas anak yang tumbuh dengan kondisi stunting,” jelas Pak Arif. 

Maka dari itu, selain melaksanakan penelitian sepanjang 2020 YAICI bersama PP Aisyiyah dan PP Muslimat NU dan didukung oleh mitra-mitra lainnya, ternyata YAICI juga gencar melakukan sosialisasi dan edukasi untuk masyarakat secara online. 

Bahkan bersama PP Aisyiyah dan PP Muslimat NU dengan sebanyak 12.560 kader kedua organisasi perempuan terbesar di Indonesia yang tersebar di 34 provinsi dan beberapa cabang di luar negeri, mereka telah dan akan terus melakukan edukasi tentang kental manis ini ke masyarakat luas. 

Meski tidak dipungkiri, kehadiran pandemi memang sempat menjadi hambatan dalam mengedukasi masyarakat tahun ini, karena kondisi ini menyebabkan tidak seefektif bila edukasi secara langsung dengan masyarakat. 

Meskipun begitu, namun Pak Arif Hidayat mengatakan bahwa “Bagaimanapun, upaya ini tidak boleh terhenti, karena itulah kami berharap hasil penelitian ini dapat mendorong pemerintah untuk meningkatkan parstisipasinya dalam mengedukasi masyarakat.” 

Kental manis bukan dijadikan minuman susu, tetapi sebagai topping pada makanan atau minuman saja

Maka dari itu, hal ini pun sudah menjadi komitmen dari YAICI untuk melakukan edukasi yang berkelanjutan bagi masyarakat, dalam rangka mewujudkan generasi yang unggul di masa mendatang yang akan membawa Indonesia ini menjadi negara yang lebih maju lagi. 

Namun supaya upaya dan edukasi ini bisa berjalan lancar dan mencapai hasil yang memuaskan, tentu diperlukan juga kerjasama dari semua pihak, mulai dari pemerintah selaku pemegang kekuasaan, para produsen kental manis, para pemilik toko/sumpermartket/minimarket, para media (baik elektronik ataupun cetak), hingga masyarakat luas untuk semakin bijak dalam memberikan informasi yang tepat, sehinggga penggunaan kental manis bukan lagi dijadikan susu untuk anak. 

Dan sebagai orangtua, maka mulai sekarang, kita jangan lagi memberikan kental manis sebagai susu pada anak-anak, karena itu bisa membahayakan anak-anak. Namun jika ingin menggunakan kental manis, sebaiknya hanya digunakan sebagai topping untuk melengkapi makanan dan minuman dengan takaran secukupnya saja. 

Jadi, STOP Memberikan Kental Manis Pada Anak Mulai Sekarang!



No comments:

Post a Comment