Peran Masyarakat Adat & Komunitas Lokal Untuk Kelestarian Alam


Perubahan iklim kini semakin jelas terasa, dan ini terjadi di mana-mana, bahkan menjadi masalah yang serius bagi seluruh dunia. Namun tak sedikit juga orang yang beranggapan bahwa ancaman perubahan iklim ini bukanlah hal besar yang perlu dipusingkan.

Padahal, bukti nyata dari dampak perubahan iklim ini sudah jelas kita rasakan langsung saat ini, seperti terjadinya perubahan cuaca yang ekstrim, kekeringan yang berkepanjangan, sehingga turut memicu suhu udara terasa menjadi lebih panas.

Dan sebaliknya, dampak lain dari perubahan iklim adalah memicu curah hujan yang sangat tinggi, sehingga menimbulkan terjadinya tanah longsor dan juga banjir bandang di mana-mana, sehingga tak sedikit harta benda dan jiwa yang menjadi korbannya.

Dengan terjadinya perubahan iklim yang semakin serius seperti ini, tentu ini tidak bisa terus dibiarkan, karena bisa memicu semakin banyak bencana alam yang akan menimpa seluruh makhluk hidup yang ada di bumi, termasuk kita manusia.

Perubahan iklim ini sebenarnya bisa perlahan kita redam agar semakin tidak parah, ada berbagai cara yang bisa kita lakukan bersama, salah satunya dengan terus melindungi dan memulihkan hutan tropis, serta menanam banyak pohon untuk mengurangi karbon dioksida.

Maka untuk menangani perubahan iklim ini tentu saja menjadi tanggung jawab kita bersama tanpa terkecuali. Dan salah satu pihak yang turut punya peran penting dalam menjaga lingkungan dan bantu mengurangi dampak perubahan iklim tersebut adalah Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal (MAKL).

Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal merupakan kelompok masyarakat yang dalam hidupnya terus memberikan sumbangsih yang besar dalam melindungi lingkungan dari perubahan iklim dan melestarikan lingkungan yang kita tinggali.

Tapi jika kita melihat kondisi bumi saat ini, perubahan iklim menjadi salah satu bukti nyata adanya masalah serius dengan kerusakan lingkungan yang semakin mengkhawatirkan, tentu ini menjadi ancaman yang besar bagi kelangsungan hidup seluruh makhluk di bumi jika tidak cepat ditanggulangi dengan tepat.

Dan hal ini jugalah yang menjadi salah satu tujuan yang diperjuangkan oleh Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal, mereka ingin lingkungan tetap terjaga kelestariannya, agar hutan yang tetap rimbun, sumber mata air yang tak pernah kering, hasil alam dan pertanian tetap bisa melimpah.

Maka dari sini dapat kita lihat, bahwa peran Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal begitu besar dalam upaya menjaga lingkungan, bahkan mereka punya kontribusi yang besar untuk pelestarian hutan dan keanekaragaman hayati, hingga merawat adat dan budaya yang merupakan warisan para leluhur agar tetap lestari.

Hal itu juga yang diungkapkan oleh Kak Rukka Sambolinggi selaku Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara dalam acara online gathering Eco Blogger Squad 2023 yang digelar secara online pada tanggal 6 April 2023 yang lalu.

online gathering Eco Blogger 2023 dengan topik peran Masyarakat Adat & Komunitas Lokal untuk kelestarian alam

Keberadaan Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal itu punya peran penting dalam menjaga kelestarian bumi agar kelangsungan seluruh makhluk hidup di bumi tetap terjaga dengan baik, sebab bila bumi sudah rusak, maka seluruh makhluk hidup, termasuk manusia, bisa saja punah.

Dan diungkapkan oleh Kak Rukka bahwa Masyarakat Adat dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang oleh ikatan geneologis dan/atau teritorial yang menyejarah, turun temurun lintas generasi, memiliki identitas budaya yang sama dan memiliki ikatan batiniah yang kuat atas suatu ruang geografis tertentu sebagai “rumah bersama” yang dikuasai, dijaga dan dikelola secara turun temurun sebagai wilayah kehidupan dari leluhurnya.

Nah, dengan adanya ikatan batiniah dan kesetiaan yang kuat antara Masyarakat Adat dengan wilayah adatnya inilah yang telah membentuk kosmologi, budaya dan kehidupan spiritual mereka yang tidak terpisahkan dari alam semesta dan sekitarnya.

Hal ini telah menjadi sebuah kekuatan bagi Masyarakat Adat sebagai penjaga bumi dan pelindung hutan yang sudah teruji dan juga terbukti, khususnya dalam situasi dunia yang sedang menghadapi berbagai krisis global, seperti krisis perubahan iklim dan juga saat adanya pandemi Covid-19 kemarin.

Makanya, bisa dibilang bahwa Masyarakat Adat merupakan sekelompok masyarakat yang punya peran penting untuk lingkungan, termasuk dalam upaya penurunan emisi gas ke atmosfer dan menjadi sumber perubahan iklim melalui pemeliharaan hutan yang berkelanjutan.

“Udara dan air yang ada di kota itu, dihasilkan dari alam dan lingkungan yang terjaga kelestariannya oleh Masyarakat Adat,” ujar Kak Rukka.

Tapi sayangnya, meskipun perannya begitu besar untuk alam, tapi keberadaan Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal ini bisa dibilang tersingkir, seolah tak pernah dianggap ada sejak dulu kala, mereka terasingkan dari pembangunan juga sangat jauh dari sentuhan modernisasi yang ada.

Untuk itu, Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal terus berjuang, bahkan gerakan mereka sudah ada sejak lama, dari masa ke masa perjuangan dilakukan demi menjaga alam hingga budaya jauh dari eksploitasi yang merusaknya. Perjuangan tersebut sudah lahir jauh sebelum masa kolonial dan hingga kini masih terus berlanjut.

Bahkan saat ini, berbagai permasalahan yang dihadapi oleh Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal belum juga usai meskipun keberadaan mereka yang hidup di sekitar kawasan konservasi, baik hutan maupun perairan telah diakui sangat berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan dan ekosistem di sekitarnya.


Namun sayangnya, perjuangan Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal ini seringkali mendapat serangan yang tidak mengenakan hingga kekerasan dari pihak-pihak tertentu yang ingin mengeksploitasi alam, bahkan tak jarang perjuangan mereka dinilai justru bertentangan dengan hukum.

Dan hal yang sering kali menjadi pemicu timbulnya masalah antara masyarakat adat disebabkan oleh munculnya konflik tenurial (lahan) dengan pihak lain yang merasa berkepentingan dengan kawasan hutan maupun perairan yang ada.

Seperti adanya pihak yang melakukan penambangan liar yang kemudian merusak lingkungan, dan juga penggundulan hutan untuk lahan perkebunan, itu hanya merupakan segelintir contoh nyata wujud marginalisasi ekonomi terhadap masyarakat adat, yang juga berimbas pada kerusakan lingkungan.

Konflik semacam itu akhirnya menimbulkan masalah, bahkan diakui oleh Kak Rukka Sombolinggi bahwa pada tahun 2018 yang lalu, dari 121 konflik tenurial yang terjadi di wilayah adat, ada 262 orang yang didiskriminasi terkait masalah ini dan mereka tersebar di berbagai kota di seluruh Indonesia.

Jujur melihat kondisi seperti ini sangat miris, perjuangan masyarakat adat dan kelompok lokal dalam mempertahankan wilayah yang tergusur justru menimbulkan masalah bagi mereka, bahkan tak jarang mereka terpaksa harus berurusan dengan hukum.

Untuk memperjuangkan itu semua, maka terbentuklah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) yang merupakan organisasi kemasyarakatan independen dengan beranggotakan komunitas-komunitas Masyarakat Adat dari berbagai pelosok Nusantara untuk menggalang kekuatan agar bisa bersama-sama menyuarakan dan memperjuangkan kelestarian alam dan juga kebudayaan asli nusantara.

Dan tentunya, kita semua seharusnya turut mendukung dan membantu perjuangan Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal ini, karena selain berperan dalam menjaga lingkungan, mereka juga punya potensi sumber daya alam yang luar biasa, termasuk sumber daya kebudayaan, spiritual, ekonomi hingga politik.

Bahkan diakui oleh Kak Rukka bahwa "Masyarakat Adat itu punya banyak potensi, contohnya mereka itu kaya akan musik, tarian, kuliner, bahasa, adat istiadat, budaya, hingga kain tenun tradisional yang cantik."  


Makanya, menyadari adanya berbagai potensi tersebut, maka Masyarakat Adat dan Komunitas Lingkungan melakukan Gerakan Pulang Kampung (GPK) dengan memanggil kembali semua pemuda adat yang berada di kota untuk kembali ke komunitas dan mengurus wilayah adatnya, agar potensi yang mereka miliki bisa dikembangkan secara maksimal.

Dimana Gerakan Pulang Kampung ini akan dimaksimalkan melalui usaha-usaha tani dan kebun berbasis pangan lokal dan kearifan tradisional serta mengedepankan semangat gotong royong sehingga mampu mendatangkan penghasilan ekonomi dengan nilai yang lebih dari cukup bila dibandingkan jika mereka bekerja di kota.

Tentu upaya ini sekaligus akan menghidupkan sentra-sentra produksi di kampung secara luas, dari hulu hingga ke hilir, sehingga akan lahir trend dan variasi pangan lokal yang beragam, sekaligus membantu mengurangi beban populasi manusia di perkotaan.

Nah, dengan melihat berbagai peran yang begitu besar yang dilakukan oleh Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal ini, maka kita semua wajib mendukungnya, karena mereka tidak bisa berjalan sendirian, kita harus bersama-sama menjaga bumi, terus melestarikan lingkungan demi meminimalisir dampak dari adanya perubahan iklim yang sudah terjadi saat ini. Mari kita semua saling bergandengan tangan, untuk kelestarian alam yang berkelanjutan.



No comments:

Post a Comment