Showing posts with label Film. Show all posts
Showing posts with label Film. Show all posts

Banyaknya kegiatan yang kita kerjakan setiap hari, kerap kali gampang membuat kita menjadi mudah lelah, bahkan tak jarang mempengaruhi suasana hati kita menjadi cepat bad mood. Maka dari itu, sejenak santai setelah beraktivitas seharian wajib kita lakukan.

Dan salah satu cara bersantai yang paling mudah menurut saya adalah dengan menonton sinetron di televisi sambil kumpul bersama keluarga dan orang-orang tercinta di rumah, apalagi sekarang ada sinetron yang ceritanya sangat seru untuk diikuti.

Inginku berlari menjauh,
Tapi wajahmu menghalangi,
Langkahku pun berhenti,
Untuk padamu.

Sepenggel ririk lagu ini kerap saya dengar di tiktok dalam beberapa waktu belakangan ini, entah sudah berapa puluh kali saya mendengarkannya, namun semakin saya mendengarkannya, saya semakin merasa kecanduan untuk menikmati lagu tersebut, bukan karena hanya untaian liriknya yang indah, namun suara sang penyanyi dengan iringan musiknya benar-benar menyatu sehingga membuat lagu ini begitu memikat hati saya.


Tinggal di sebuah kampung biasanya terasa lebih damai dan tentram, bukan hanya karena warganya yang kental dengan keramahan, namun suasana alam yang indah dengan udaranya yang sejuk, bisa juga menjadi daya tarik tersendiri untuk semakin betah tinggal di kampung.

Namun apa jadinya jika kampung yang damai tersebut berubah menjadi penuh teror yang menakutkan? Banyak warga yang tiba-tiba hilang secara misterius, tidak tahu kemana rimbanya pergi, benar-benar hilang tanpa kabar dan jejak yang jelas.

Di tengah pandemi yang belum juga usai saat ini, sudah berbulan-bulan kita terpaksa berada di rumah saja lantaran virus corona masih mengintai kita di mana-mana. Dan jujur, kondisi seperti ini membuat saya pribadi kerap merasa jenuh karena sudah kelamaan di rumah saja.

Rasa jenuh karena kelamaan di rumah saja memang dirasakan bukan oleh saya saja, saya percaya banyak juga orang yang merasakan hal yang sama, namun tetap di rumah saja merupakan pilihan terbaik agar kita terhindar dari paparan virus corona yang mematikan ini.


Sejak adanya anjuran bekerja #dirumahaja oleh pemerintah lantaran merebaknya pandemi COVID-19 kerap membuat saya merasa punya banyak waktu luang untuk bersantai, maka saya pun kerap menghabiskan waktu luang saya tersebut untuk menikmati drama China yang ceritanya tak kelah seru dari drama Korea.

Tak dipungkiri, kesukaan saya terhadap drama China ini awalnya karena “diracuni” teman saya yang kerap bercerita tentang betapa serunya drama-drama China yang sering dia nonton di WeTV. Alhasil, saya pun akhirnya penasaran dan ikut menonton drama China tersebut.


Sebuah hubungan yang sudah lama dijalin, tentu saja kita semua berharap akan berakhir di pelaminan. Namun sayangnya, tak semua pasangan memiliki keberanian untuk menginkat janji yang lebih serius sehingga ke tahap ijab kabul.

“Nikah Yuk!” kalimat ajakan itu seharusnya yang terlontar jika memang kita ingin benar-benar serius menjalin cinta dengan seseorang. Namun ajakan menikah juga tak selamanya karena alasan cinta, banyak juga yang menikah karena keterpaksaan, entah karena sudah didesak oleh orang tua, dikejar oleh umur, bahkan ditekan oleh lingkungan sekitar.


Menikmati film di bioskop merupakan sala satu pilihan “me time” yang kerap saya lakukan bila ada sedikit waktu luang di sela padatnya aktivitas keseharian saya. Ya, bagi saya menikmati film memberikan kebahagiaan tersendiri, karena melalui film saya bisa sejenak meleburkan segala lelah dan penat untuk sejenak santai menikmati hidup ini.   

Namun salah satu alasan yang bikin saya malas saat pergi menonton film di bioskop adalah malas antri saat pemesanan tiket, apalagi jika film yang ingin ditonton itu film yang memang digemari banyak orang, antriannya biasanya panjang banget dan itu bikin saya malas nonton jadinya.



Beberapa hari belakangan kemarin saya memang lagi agak bosan dan jenuh di kosan, rasanya pengen main dan bersenang-senang, minimal menonton film sebagai hiburan. Namun teman yang saya ajak nonton tidak bisa menemani karena pada sibuk dengan urusannya masing-masing.

Namun pucuk dicinta ulam pun tiba, kemarin tanggal 18 Juli 2019, saya akhirnya berkesempatan untuk menonton film di bioskop untuk menghadiri gala premier Film Koboy Kampus yang diadakan di XXI Cinema Epicentrum, Kuningan – Jakarta Selatan.

Rasanya nyesak, jika liburan impian yang sudah kita rencankan baik-baik malah justru benar-benar berjalan di luar ekspektasi, tak seindah yang dibayangkan, tak semanis yang diharapkan. Semua justru kacau, dan yang dituai sudah tentu kecewa dan sedih bukan?

Film Preman Pensiun Kocak

Setelah libur panjang, hawa santai masih terasa memasung keseharian saya, rasanya saya masih pengen santai meski kesibukan sudah mulai terasa di awal tahun baru 2019 ini. Makanya karena masih pengen menikmati suasana yang santai, maka saya memutuskan untuk menghadiri acara nonton film Preman Pensiun yang berlangsung di XXI Epicenterum (10/01/19).


Terkadang cinta datang tak mengenal tempat, waktu dan juga kasta. Cinta kadang-kadang bisa tumbuh di mana saja, dengan sayapnya ia mampu hadir dan bertahta di hati seseorang, lalu membuat hati berbunga-bunga, logika menjadi tumpul, dan segala yang dilarang pun akhirnya dilanggar.


Akhirnya kesampaian juga saya melenggang ke bioskop setelah beberapa kali gagal nonton karena sikon yang tidak mengizinkan. Sebab bagi saya menonton film di bioskop itu salah satu "me time" yang paling asyik untuk memberi jeda bagi diri sendiri di antara sederet kesibukan kerjaan yang seolah tidak ada selesainya. *curcol. Hiks!

Untuk itu, beberapa hari yang lalu, tepatnya Jumat, 08 Juni 2018 saya akhirnya menyempatkan diri  pergi nonton ke bioskop lagi, dan kali ini saya menonton sebuah film bergenre drama yang berjudul LIMA.

Lagi patah hati?
Lagi sedih?
Butuh hiburan?

Nonton saja yang mengundang ketawa supaya tidak sedih kelamaan. Yups, saya biasanya untuk mengusir kesedihan lebih senang menonton film komedi, karena dengan cara itu saya bisa tertawa puas dan perasaan jauh lebih terasa terhibur dan hati menjadi jauh lebih tenang dan rileks.




Sungguh penutupan sore hari Selasa (22-Nov-2016) yang menyenangkan, lantaran saya bisa kembali menonton gala premier film terbaru karya anak bangsa yang menghadirkan film yang sangat menghibur dan juga mendidik, setelah seharian pusing menghadapi sidang kasus penjambretan handphone yang saya alami beberapa waktu yang lalu. 

Bertempat di XXI Epicentrum – Kuningan, saya menghadiri pemutaran perdana film 25 Hari di Eropa yang disutradarai oleh Mas Aditya Gumay, dimana sebelumnya Mas Aditya juga telah sukses melahirkan beragam film seperti Emak Ingin Naik Haji, Ummi Aminah, Ada Surga Dirumahmu, Lenong Bocah, Rumah Tanpa Jendela dan juga Sayap Kecil Garuda.



Cinta, sebuah rasa yang tak akan pernah habis untuk dibahas, tak akan pernah tuntas untuk diceritakan, dan tak akan cukup kata untuk menuliskannya, sebab cinta selalu punya jalan cerita yang berbeda untuk setiap hati.
Seorang anak tidak bisa membaca dan menulis, apa yang akan terjadi jika sudah begini? Bukankah membaca dan menulis menjadi bekal penting bagi seseorang di jaman sekarang? apakah masa depan bisa gemilang bila ini terjadi?

Kemarin hari Kamis, 01 September 2016 saya berkesempatan untuk menonton gala premier sebuah film yang berjudul “Dua Kodi Kartika - The Heritage of Love” di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan. Mendengar judul film ini membuat hati saya bertanya-tanya, film tentang apakah ini? Rasa penasaran saya kian melambung kala melihat deretan poster film “Dua Kodi Kartika” yang memenuhi dinding-dinding bioskop.  
Poster Film Dua Kodi Kartika




Mimpi Anak Pulau, itulah judul film yang sempat membuat saya penasaran saat melihat trailernya beberapa waktu yang lalu, dan Alhamdulillah kesampian juga untuk ikut menonton gala premiernya di XXI Epicentrum. Namun sebelum melakukan nonton bareng film ini, ternyata para pemain film Mimpi Anak Pulau ini sempat melakukan Pres Conference dengan para Blogger dan Media. 
Para Pemain Film Mimpi Anak Pulau


MARS (Mimpi Ananda Raih Semesta), film ini membuat saya terenyuh dalam rendaman air mata yang jebol di bendungan mata saya. Bagaimana tidak, film ini memaparkan betapa besar pengorbanan dan perjuangan seorang ibu demi anaknya bisa merengkuh pendidikan, dan seketika saya merasakan rindu yang teramat sangat pada Ibu saya di rumah.

Meski kisah hidup Sekar Palupi (Acha septriasa) tidak serupa dengan kisah hidup saya, namun empati yang menyelundup dihati saya begitu kuat, saat melihat bagaimana kegigihan Ibu Tupon (Kinaryosih) dalam membesarkan anak perempuan semata wayangnya Sekar Palupi ditengah keterbatasan yang melilit hidup mereka.
Akhirnya kemarin saat weekend saya jadi juga nonton film I am Hope ini setelah sekalian hari menahan keinginan karena sikon yang tidak mengizinkan. Jujur saja sejak awal saya membaca berbagai informasi yang tersebar di berbagai media sosial tentang film I am hope ini saya sudah sangat penasaran.