Showing posts with label cerpen. Show all posts
Showing posts with label cerpen. Show all posts

Aku duduk di bangku kayu ini lagi. Di bawah pohon tua yang sudah lama tak meneteskan daun, hanya diam yang bersuara. Sore ini begitu kosong, nyaris tak bernyawa, seperti aku setelah kau patahkan.

Dulu, kita pernah duduk di sini. Tertawa karena hal-hal sepele. Mengukir nama kita di kulit pohon, seolah cinta kita akan tumbuh seteguh batangnya. Bodohnya aku percaya, padahal kau hanya sedang menanam dusta.

Di malam yang sunyi, angin berbisik lembut, seolah mengingatkan pada suara lembut yang pernah akrab di telinga. Aku duduk sendiri di teras rumah, menatap langit yang penuh dengan bintang. Namun, tak satu pun bintang itu bisa menggantikan cahayamu yang dulu selalu hadir di setiap malamku.

Hari-hari berlalu tanpa jejak, dan aku hanya bisa menunggu, seperti daun yang menanti hujan, seperti bunga yang mengharapkan matahari terbit. Ada waktu-waktu ketika aku mencoba meyakinkan diriku bahwa ini hanya soal waktu, bahwa kau akan kembali. Tapi semakin lama, aku semakin terjebak dalam hening yang tak berujung. Tak ada kabar, tak ada jejak, hanya kenangan yang semakin pudar, seiring berjalannya waktu.

Hari ini udara pagi sangat dingin, sampai jari-jari tanganku kaku dan membiru. Ibu memakaikanku jaket, lalu topi kipluk dan sarung tangan dan juga kaos kaki.

"Tetap diatas tempat tidur ya sayang, Jangan kemana-mana ya, Ibu mau masak dulu" ucap Ibuku lalu bergegas meninggalkan aku dikamar menuju dapur.

Aku menyibak gorden jendela kamarku yang lusuh, menatap  kabut yang tampak begitu pekat diluar, seolah pagi ini dikepung asap tebal, jarak pandangku pun hanya mampu menjajal daun-daun singkong dihalaman rumah.

"Buuuu, kopi mana?" Gelegar suara Bapak memecah kesunyian pagi yang benar-benar hening.

"Oooh Bapak sudah pulang dari kebun" gumamku senang.

Untuk kamu...

Terkadang ada saatnya kita dihadapkan pada satu kondisi yang tak kita inginkan, namun disisi lain kita harus menjalaninya. Pada kondisi ini,  tak bisa kita pengkuri hati kecil kita akan sangat berat menjalaninya, namun mau bagaimana lagi, toh pada kenyataannya hanya itu jalan yang ada saat itu.
Dingin membuncah pada pagi yang resah, hujan masih merintih deras diluar sana, bahkan tabuhannya pada genteng terdengar sangat jelas dari dalam kamarku yang mungil.

Aku kembali menarik selimut kian merapat, dan kubiarkan tubuhku tetap terpasung pada selimut dan pelukan guling meski jam sudah menunjukan pukul sembilan pagi lewat dua puluh menit. Untungnya hari libur jadi aku bisa memuaskan rasa ngantuk ku setelah beberapa hari ini bergulat dengan banyak report.

Tok Tok Tok

Samarku dengar ada ketukan di pintu rumahku yang membuatku terpaksa memicingkan mataku dan mengkonsentrasikan pendengaranku supaya bisa memastikan bunyi ketukan di pintu itu benar atau hanya pendengaranku yang salah. Kubiarkan hening mentas sesaat, namun hanya gemuruh gantur yang terdengar jelas.

Tok Tok Tok
Apa kabar mu Selly? lama aku tidak mengunjungi mu, lama aku tak menyapa mu, ada kerinduan yang merebak dihatiku, aku kangen kamu ;)

Serius, aku kangen kamu :)

Maaf untuk kehadiran ku yang tak rutin, untuk kehadiran ku yang baru kembali datang, bukan semata aku telah terpikat sama yang lama, tapi semata kesibukan kerjaan aku yang menyita banyak waktu.

Eheem,
Selly...
Begitu kini aku memanggilmu... kamu tidak keberatan kan aku memanggimu begitu? ;)

aku hanya mau mengucapkan Terima Kasih,

Terima kasih karena hari ini kau telah membuktikan bahwa kau tidak marah pada ku, meski aku kerap kali mengabaikan mu, mengacuhkan mu dan menelantarkan mu...