
Aku duduk di antara waktu yang tak lagi utuh,
menghitung detik yang tak memberi kabar,
sementara bayangmu masih menetap
di sisi ingatan yang enggan pulang.
Dan malam ini,
angin membawa harum yang tak asing,
entah dari mana,
tapi rasanya mengingatkanku padamu.
Kau pergi tanpa suara,
tanpa tanda,
hanya meninggalkan gema langkah
yang terus menggema di dadaku.
Aku mencarimu di segala kemungkinan,
di cahaya lampu jalan,
di sisa hujan di jendela,
di setiap nama yang disebut angin,
tapi tak satu pun menjawab rinduku.
Malam makin dalam,
dan rindu ini menua tanpa arah,
menjadi doa yang tak tahu jalan pulang,
menjadi senyap yang menunggu,
pada seseorang yang mungkin tak akan kembali.


No comments:
Post a Comment